ADVERTISEMENT

Semar Mbangun Kahyangan

Kamis, 17 Februari 2022 07:00 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Pemimpin wajib menyerap aspirasi rakyat baik yang terlihat secara nyata maupun tersamar. Karenanya, pemimpin harus pula mampu merasakan derita rakyat, dan denyut nadi masyarakat. - Harmoko

NEGERI kita kaya akan beragam budaya bangsa, terdapat ribuan warisan budaya, satu di antaranya wayang yang oleh UNESCO (Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan) PBB, disebut sebagai warisan mahakarya dunia asli Indonesia yang tak ternilai.

Pertunjukan wayang kulit - sering disebut ringgit purwo tak sebatas sebagai media hiburan dan informasi, juga pendidikan karena di dalamnya sarat dengan pesan-pesan moral dan kritik sosial. Tidak perlu kita perdebatkan lagi hukumnya wayang, seperti yang sedang ramai saat ini.

Wayang dengan tokoh-tokohnya merupakan gambaran kehidupan manusia secara konkret beserta norma-norma yang hidup di dalamnya. Dengan sifat karakternya yang cukup beragam dan unik sebagaimana manusia baik secara individual maupun sosial.

Bila dibawa ke ranah kehidupan kita, sifat dan sikap tokoh wayang mencerminkan sifat dan sikap kita juga. Ada yang serakah, tamak, arogan, sombong yang dicitrakan dalam lakon Kurawa yang angkara murka yang diperankan para tokohnya.

Sebaliknya terdapat kehalusan dan keluhuran budi, adil, bijaksana dan memiliki cita- cita luhur, setia kepada bangsa dan negaranya seperti dilakonkan kepada Pandawa dengan para tokohnya.

Wayang menjadi simbol kehidupan nilai-nilai dualisme, seperti baik-buruk, utama- angkara, terpuji-tercela serta nilai-nilai religi, etis dan moral.

Baik dan buruk akan tergantung dari perilaku kita. Yang pasti terselip pitutur luhur ajakan kebaikan. “Manungso mung ngunduh wohing pakarti” – seseorang akan memetik hasil dari perbuatannya. Kebaikan akan mendatangkan kemuliaan di kemudian hari, kezaliman akan mendatangkan kesengsaraan bagi dirinya dan keluarganya. Wayang bukan sebatas tontonan, tetapi juga penuh tuntunan.

Dalam cerita wayang, lakon, terdapat sebuah makna berisi ajaran adiluhung bagi kita semua.

Cerita perjuangan rakyat jelata yang digambarkan punakawan (Semar, Gareng, Petruk dan Bagong) dalam memperjuangkan hak-haknya, melawan ketidakadilan dan penindasan, banyak digemari pemirsa. Seperti lakon Petruk dadi Ratu, Gareng dadi Ratu, Bagong dadi Ratu, dan terutama lakon Semar Mbangun Kahyangan.

Halaman

ADVERTISEMENT

Berita Terkait
2 tahun yang lalu
2 tahun yang lalu
2 tahun yang lalu
2 tahun yang lalu
2 tahun yang lalu

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT