Ojo Mentang-Mentang
Rabu, 24 November 2021 09:30 WIB
Share
Ojo Mentang-Mentang. (Kartunis/Poskota.co.id/Sental-Sentil/Ucha)

Ini boleh jadi karena kesalahan diri sendiri berada di tengkuk, yang sulit melihatnya, sedangkan kesalahan orang lain di depan mata, gampang terlihat. Tetapi jangan pula cermin yang dipecah, setelah mengetahui dengan terang benderang bahwa ternyata dirinya sendiri yang salah.

Ibarat “buruk muka, cermin dbelah” yang artinya sudah tahu dirinya yang salah masih juga beralibi menyalahkan keadaan yang buruk kepada orang lain. Ini sama artinya tidak ikhlas mengakui kelemahannya atau kesalahannya.

Karena terus berusaha mencari – cari kesalahan orang lain sehingga melupakan kesalahan yang kian menumpuk pada dirinya sendiri.

Lebih buruk lagi, ketika menyalahkan orang lain sambil membawa – bawa martabat keluarganya, kehebatan orang tuanya karena tahta dan jabatannya. Apalagi kalau sampai terucap dalam kata bahwa dia anak yang berpangkat.

Hendaknya, sebagai anggota keluarga yang memiliki pangkat, jabatan dan kedudukan, menjaga kehormatannya. Bukan menebar kehormatan agar disegani atau ditakuti orang.

Jika sikap mentang – mentang yang dipertontonkan, bukan mikul dhuwur, tetapi bisa jadi mikul ngisor. Bukan mengangkat harkat dan martabat keluarga, tetapi merendahkannya.

Ingat cucuku, “ajining diri soko lathi” - harga diri seseorang dilihat dari ucapannya, lisannya, perkataannya.

“Karena itu cucuku, kamu harus menjaga lisanmu di mana pun kamu berada.”

Cucu : “Baik kek”

Begitu juga teman – teman kamu, siapapun dia perlu menjaga lisannya. Apakah dia anak orang kaya, anak melarat, anak pejabat, anak kopral atau anak jenderal hendaknya bertutur kata yang santun sebagaimana jati diri budaya bangsa kita. Mari kita mulai dari diri sendiri. (Jokles)

Halaman