JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Perasaan pasrah tersirat dari wajah Nety Suharti (50), ibunda dari korban kebakaran Lapas Tangerang bernama Hariyanto alias Bule (42).
Bule harus meregang nyawa usai mengalami luka bakar sebesar 60 persen pada tubuhnya.
Bule merupakan salah satu narapidana kasus narkoba di Lapas Tangerang.
Dia menjadi salah satu korban kebakaran yang mengalami luka bakar cukup parah dan dinyatakan meninggal dunia usai mendapatkan perawatan di RSUD Kabupaten Tangerang.
"Bang Anto itu jadi narapidana kasus narkoba. Saya gak tau dia divonis berapa lama karena dia gak pernah ngomong kalo soal begituan ke saya.
"Saya taunya dia bulan Desember ini pulang," ujarnya kepada Poskota saat ditemui, Selasa (14/9/2021).
Selama di dalam penjara, Nety mengakui baru dua kali mengunjung Bule. Itupun pada saat sebelum pandemi Covid-19.
Saat melakukan kunjungan, Nety dan keluarga hanya membawakan makanan dan uang sebesar Rp100 ribu untuk biaya hidup Bule selama di sel.
Diakui Nety, selama berada di dalam sel, Bule sering meminta uang.
Uang tersebut kalau Bule bilang merupakan uang keong. Bule bilang uang keong itu untuk seminggu sekali.
"Saya juga gak ngerti uang keong itu untuk apa, untuk kamar atau bukan. Tapi dia bilang uang itu uang keong, seminggu itu Rp100 ribuan," papar Nety.
Sementara itu, adik korban bernama Hartono (39) mengatakan selama di dalam sel, Bule dikenal sebagi pribadi yang mudah bergaul dengan para tahanan lainnya.
Atas dasar tersebut, kata Hartono, Bule tidak pernah mendapatkan intimidasi ataupun kekerasan selama berada di dalam sel.
"Dia orangnya mudah bergaul, udah pengalaman juga jadi kalau untuk kekerasa dia gak pernah ngalamin," ucapnya.
Dikatakan Hartono, Bule juga merupakan orang yang tertutup.
Saat di dalam sel, Bule tidak pernah bercerita kepada keluarga tentang kondisinya selama berada di dalam sel.
Karena itu, keluarga juga hanya mengetahui kalau Bule dalam kondisi baik di dalam sel.
Sebab Bule juga selalu mengabarkan bahwa kondisinya baik-baik saja selama di dalam sel.
Namun saat Hartono pernha sesekali mengunjungi kakaknya itu, dia memgatakan ada kejanggalam di dalam sel.
Kejanggalan itu adalah kondisi sel yang sumpek dan penuh tahanan.
"Seharusnya sel untuk 40 orang ini malah ratusan orang ada di dalam sel," jelas Hartono.
Atas kondisi itu, Hartono sempat prihatin dengan kondisinya kakaknya.
Namun kakaknya selalu meyakinkan bahwa dia baik-baik saja selama berada di dalam sel.
"Saya si percaya dia bisa jaga diri selama berada di dalam sel karena dia emang punya pengalaman," pungkasnya.
Hingga saat ini, Nety masih belum percaya bahwa anaknya tersebut meninggal dunia. Padahal tiga bulan lagi anaknya itu keluar dari sel.
Namun kini Nety tak bisa berbuat banyak. Dia hanya bisa pasrah dengan keadaan dan saat ini dirinya sudah ikhlas melepas kepergian anaknya tersebut.
"Saya berharap kejadian kaya gini jangan terulang lagi. Kasihan keluarga yang sudah menanti anaknya pulang dari sel," tandasnya. (Cr01)