JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sudah memeriksa 7 pegawainya terkait dugaan pelecehan seksual dan perundungan yang dialami MS.
MS yang juga seorang pegawai KPI sebelumnya menulis surat terbuka terkait kejadian yang menimpanya.
Dalam surat terbuka itu, ia menuliskan nama delapan orang terduga pelaku yang kerap melakukan perundungan dan pelecehan seksual terhadapnya.
"Kami membentuk tim investigasi untuk klarifikasi pada para pihak yang ditulis saudara MSA.
"Kami sudah panggil 7 dari 8 orang yang menjadi terduga pelaku," kata Nuning dalam konferensi pers di Polres Metro Jakarta Pusat, Kamis (2/9/2021).
Namun, Nuning belum mau mengungkapkan hasil pemeriksaan terhadap 7 pegawainya tersebut.
Ia beralasan proses investigasi saat ini masih terus berjalan.
Hasil pemeriksaan akan disampaikan jika investigasi internal sudah rampung.
"Apabila terbukti terjadi perundungan, kami berkomitmen memberi tindakan tegas pada pelaku," pungkas Nuning.
Sebelumnya diberitakan seorang pria berinisial MS yang merupakan pegawai Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat mengaku menjadi korban pelecehan seksual dan perundungan yang dilakukan oleh sesama karyawan KPI.
Korban yang mengaku kejadian yang dialaminya itu dilakukan oleh sejumlah rekan kerjanya yang juga seorang pria terjadi sejak tahun 2012 silam.
Bahkan ia mengaku pernah ditelanjangi serta dilecehkan di area kemaluannya dan memfoto perbuatan tersebut.
"Pelecehan seksual dan perundungan tersebut mengubah pola mental, menjadikan saya stress dan merasa hina.
"Saya trauma berat tapi mau tak mau harus bertahan demi mencari nafkah, harus begini bangetkah dunia kerja di KPI? Di Jakarta?, " kata korban dalam keterangan tertulisnya yang Poskota.co.id terima, Kamis (2/9/2021).
Imbas kejadian tragis yang dialaminya itu, korban mengaku kerap berteriak sendiri karena merasa tertekan.
Penelanjangan dan pelecehan itu dianggapnya begitu membekas pada dirinya.
Karena jumlah pelaku yang lebih dari 3 orang, korban menyebut tidak sanggup melawan karena menyadari dirinya kalah jumlah dan sempat mengalami stress imbas kejadian tersebut.
"Saya bertahan di KPI demi gaji untuk istri, ibu dan anak saya tercinta," sebutnya.
Selain itu korban juga mengaku kerap mendapat perlakuan tidak pantas dengan cara diperintah untuk membeli makanan dan mendapat intimidasi.
Padahal kedudukan di KPI Pusat antara ia dan sejumlah rekannya itu setara dan bukan tugasnya melayani sesama rekan kerja.
Korban menjelaskan, kejadian itu terjadi secara berulang ulang.
Perlakuan seperti memaki, memukul, dan merundung tanpa bisa korban melawannya karena kalah jumlah.
"Tapi mereka secara bersama sama merendahkan dan menindas saya layaknya budak pesuruh, perendahan martabat saya dilakukan terus menerus dan berulang sehingga saya tertekan dan hancur," ucapnya. (cr-05)