Oleh: Diana Anggraeni, S.IP, MM, M.I.Kom
PANDEMI Covid-19 telah terjadi hampir dua tahun belakangan ini membawa dampak ekonomi signifikan bagi seluruh masyarakat dunia termasuk di Indonesia.
Banyak kegiatan ekonomi yang terhambat dan berimbas pada kesejahteraan di masyarakat.
Hampir seluruh kegiatan dilakukan secara work from home (WFH), belum lagi pembatasan beraktivitas di luar rumah membuat perubahan pada pola konsumsi masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.
Para pelaku bisnis mulai membidik segmen konsumen rumahan secara langsung untuk memasarkan produknya.
Ada yang yang menarik dalam menyikapi hal itu.
Jika diperhatikan pandemi menjadi titik awal kebangkitan wirausaha rumahan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.
Jika diamati, banyak sekali kegiatan bisnis terutama ide pengembangan produk, pola distribusi, promosi dan lainnya disampaikan dengan memanfaatkan platform media sosial sebagai saluran komunikasi.
Penulis sendiri juga merupakan pelaku bisnis kuliner yang dilakukan secara rumahan.
Jauh sebelum pandemi terjadi, pemanfaatan media sosial seperti Facebook, Instagram atau aplikasi Tik Tok juga sudah dilakukan untuk memasarkan produknya secara sederhana.
Saat pandemi berlangsung, terlihat banyak pelaku usaha kuliner yang sebelumnya hanya memanfaatkan media sosial untuk menyimpan dokumen seperti foto, kemudian secara lebih luas menjadikan media sosial sebagai media untuk mempromosikan produknya dengan berbagi foto dan caption yang sangat menarik sehingga menggugah selera konsumen.
Ide bisnispun berkembang tanpa batas seperti pengembangan produk dan pelayanan catering khusus pasien yang sedang melakukan isolasi mandiri, penggunaan packaging yang menarik untuk menambah nilai jual, kerjasama delivery secara online sebagai upaya untuk membatasi kontak dan lain sebagainya.
Hal lain yang menarik adalah tinggi solidaritas atas pertemanan yang terjadi di media sosial.
Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat kolektif yang harus diakui menjadi modal sosial yang sangat besar bagi masyarakat untuk secara bersama mengatasi dampak dari pendemi ini.
Modal sosial ini digunakan sebagai alat untuk mendukung dan saling menguatkan antar sesama pelaku usaha rumahan.
Sebagai contoh beberapa pelaku usaha rumahan di Depok, Jawa Barat, memperbolehkan lingkaran pertemanannya untuk mempromosikan produknya di laman media sosial teman yang lain yang usahanya lebih besar pada saat-saat tertentu, tanpa memiliki ketakutan konsumennya akan berkurang.
Hal ini memperlihatkan budaya guyup, tolong menolong dan saling membantu masih kental dalam masyarakat Indonesia ditengah kemajuan yang terjadi saat ini.
Fenomena menarik lainnya adalah tidak berkurangnya jiwa sosial dari para pelaku usaha rumahan ini, untuk membantu satu dengan lainnya.
Contoh lainnya adalah kegiatan sedekah membagi makanan produk usahanya yang dilakukan secara rutin oleh beberapa komunitas.
Hal ini sebagai bentuk rasa empati bahwa semua terdampak karena pandemi ini.
Pandemi tidak menyurutkan semangat para pelaku usaha rumahan untuk tetap semangat dalam mencukupi kebutuhan ekonomi rumah tangganya.
Upaya saling mendukung satu dengan yang lainnya menegaskan ciri budaya gotong royong masyarakat Indonesia yang masih kuat.
Bisnis kuliner atau apapun yang dilakukan secara online adalah bisnis kepercayaan.
Dalam bisnis online, penambahan layanan jasa menjadi penting untuk mendukung produk yang dipasarkan.
Untuk itu perlu komitmen penuh dari para pelaku usaha rumahan untuk bersama saling menjaga kepercayaan tersebut.
Buka aksen bagi konsumen untuk melakukan review ataupun komen terhadap produk yang kita pasarkan sebagai sarana electornic word of mouth marketing, sehingga proses promosi dapat terbantu dengan sendirinya.
Selain itu, pelaku usaha rumahan harus terus mampu berkreasi dan berinovasi untuk mengembangkan dan menyempurnakan produk dan jasanya tanpa mengurangi ciri khas dan kekuatan dari produk usahanya. (*)
Penulis adalah Dosen di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila, Pemilik Usaha Kuliner, Penulis Buku Kuliner dan Sedang Menyelesaikan Kuliah Program Doktoral IPB University pada Prodi Komunikasi Pembangunan.