JIKA ada suami paling kelewatan, hanyalah Junaidi (33) dari Medang Tembung (Sumut).
Betapa tidak? Di kala bini sedang hamil 5 bulan, eh......dia malah kelonan dengan wanita lain.
Paling menyakitkan, ketika istri menggerebeknya di rumah mesum, di ranjang bawah juga ditemukan pasangan lain sedang bermesraan.
Ketika istri sedang hamil muda, biasanya suami semakin sayang pada istrinya.
Karena sedang ngidam, minta apa saja pada suami selalu dikabulkan, sepanjang tuntutannya hanya rujakan mangga muda atau lalapan timun.
Tapi jika ngindamnya minta mobil, ya nanti dulu. Ini tuntutan si jabang bayi atau ngajak bangkrut suami?
Junaidi warga Medan Tembung, adalah suami yang berbahagia. Menikah baru 3 tahun, anak kedua sudah nggenduki (baca: hamil muda) lagi.
Istri sudah mengandung putra keduanya, dalam umur 5 bulan kandungan. Maka ketika istri minta rujak mangga muda, atau jambu, selalu dibelikan.
Cuma yang membuat Junaidi kecewa, semenjak kehamilan istri masuk bulan ke-5, Suranti, 28, melarang suaminya memberikan nafkah batin.
Katanya bisa mengganggu janin. Makanya suami diminta prei dulu.
Lebih-lebih pemerintah tengah menyerukan, selama pandemi Corona semua warga negara harus menjaga jarak, tak terkecuali suami istri.
Sebagai suami yang masih muda dan enerjik, Junaidi sungguh tersiksa oleh embargo istrinya tersebut.
Sebab meskipun sudah minta dispensasi khusus malam Jumat saja, Suranti tak juga mengabulkan.
Meski suami mendalil bahwa hubungan intim malam Jumat sama pahalanya dengan membunuh 40 Yahudi, Suranti masih juga mendebat, “Salah apa itu Yahudi kok dibuat tiban?
Bunuh orang sampai 40, lalu makamkannya di mana, karena di mana-mana sekarang kuburan penuh.”
Lantaran hasratnya terkendala oleh kebijakan istri yang tidak pro rakyat, Junaidi mencari penyelesaian dengan caranya sendiri. Diam-diam dia mencari “penyaluran” sendiri.
Di Jakarta saja ketika kali Ciliwung meluap, bikin sodetan di Kampung Melayu dan dialirkan ke Banjir Kanal Timur (BKT). Apa lagi ini yang tak tertampung urusan syahwat, tentu lebih muda mencari solusinya.
Dengan cepat Junaidi dapat gebedan baru, yang siap menampung hasratnya yaang meledak-ledak.
Karena di Medan ini juga tak ada makan siang gratis, dia sering kasih uang pada WIL-nya melalui transveran.
Sebab WIL Junaidi punya prinsip: ada benggol ada bonggol! Dan Junaidi sangat mematuhi konsesus itu./
Tapi rupanya Junaidi memang lelaki ceroboh. Sekali waktu bukti transveran dan SMS-SMS mesra buat WIL terbaca oleh istri.
Tentu saja Suranti ngamuk. Tapi dia masih bisa menahan emosi. Diam-diam dia mendatangi lokasi mesum suaminya itu, dan ternyata berhasil gemilang.
Dalam kondisi hamil 5 bulan Suranti berhasil menangkap basah suaminya di sebuah ranjang mesum tingkat II.
Yang bikin istri tambah ngenes, tingkat II buat Junaidi nersama WIL-nya dan tingkat I buat pasangan lain. Ironisnya, pasangan di tingkat I itu asuh saja atas kehadiran wanita lain.
Di sinilah Suranti ngamuk sejadi-jadinya, dengan mengomeli WI suami. Tapi si wanita tak mau kalah, justru menyalahkan istri Junaidi.
“Suamimu yang sengaja mendekati saya, gara-gara tak memperoleh pelayanan istri secara patut”, tangkis WIL Junaidi, sementara pasangam mesum di tingkat I tetap sibuk dengan urusan sendiri.
Junaidi lalu dilaporkan ke Polsek Medan Tembung. Tapi tuduhan perzinaan tak terbukti, sebab logikanya tak ketemu.
Mana mungkin pasangan mesum bisa “kerja” bersama-sama di ranjang yang sama, meski beda tingkat. Justru polisi menemukan ganja di kantong Junaidi. Kesimpulannya, mereka hendak pesta ganja.
Tingkat I dan tingkat II punya kesibukan yang sama, kok seperti kuliah model lama saja. (Inews-Sumut/Gunarso TS)