PEMERINTAH kota membuat taman di wilayah tertentu. Tapi ada warga kota yang kadang-kadang merusaknya, menginjak rumputnya, mengambil bunganya dll.
Pemerintah kota membuat danau buatan, menata pinggiran danau sehingga warga bisa bersepeda, jalan kaki atau lari pagi. Tapi ada warga yang membuang sampah ke danau atau membiarkan danau dipenuhi enceng gondok. Mereka menunggu pemkot untuk membersihkan danau tsb.
Pemkot membuat terminal bus kota atau antar kota tapi penumpang juga yang membuang sampah sembarangan dan mengotori toilet. Mereka menunggu petugas pemkot membersihkan kotoran tsb.
Mengapa warga tak acuh untuk memelihara fasos dan fasum yang dibuat oleh pemkot? Jawabannya, antara lain adalah karena warga tidak merasa memiliki fasos dan fasum tsb. Warga merasa bahwa semua fasilitas tsb adalah milik pemkot, bukan milik mereka. Jadi pemeliharaan semua fasilitas tsb, menurut warga, adalah kewajiban pemiliknya yaitu pemkot. Apalagi mereka merasa sudah membayar pajak yang mestinya duitnya dipakai untuk membayar petugas kebersihan.
Mengapa kita merasa tidak memiliki fasos dan fasum tsb? Ini antara lain karena pemkot tidak pernah mengajak warga kota berpartisipasi dalam pembangunan semua fasilitas tsb. Karena itu warga tidak merasa memiliki andil dalam pembangunan fasilitas tsb sehingga tidak merasa memilikinya.
Lain dari itu, pemkot jarang bahkan mungkin tidak pernah berkomunikasi dengan warganya. Akibatnya masing-masing merasa asing. Pemkot tidak kenal warganya, dan warga tidak kenal dengan Pemkotnya kecuali sekedar sebagai sekumpulan petugas yang ditugasi melayani warga.
Memang tidak semuanya kesalahan pemkot. Warga mestinya menyadari bahwa fasos dan fasum yang ada di wilayah mereka dan yang mereka nikmati itu, harus dianggap sebagai milik mereka sendiri.
Jika ada kesadaran seperti itu mestinya mereka tergerak untuk memelihara sendiri semua fasos dan fasum tanpa terlalu menyandarkan diri terhadap pemeliharaan oleh pemkot.
Memang benar kita sudah membayar pajak untuk kota. Tapi tidak ada ruginya jika kita ikut serta menjaga keindahan dan kelestarian wilayah kita. Bukankah lebih elok jika taman di lingkungan kita tampak asri dengan bunga bermekaran dan rumput yang rapi.
Bukankah lebih enak memakai toilet umum yang bersih tanpa menunggu petugas kebersihan datang? Tidakkah lebih asyik memanfaatkan danau kota untuk berselancar dengan perahu jika danau iti bersih karena dijaga kebersihannya oleh kita sendiri?
Bukankah kita sering menyaksikan di film atau TV, warga kota di negara asing sedang bergembira menikmati taman kota, sungai kota dan danau kota dll dengan bersepeda, main sepatu roda, naik perahu dsb. Fasos dan fasum di negeri mereka hampir semuanya rapi dan bersih.