KEMENTERIAN Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) akan menerapkan pembelajaran fleksibel selama Bulan Ramadhan. Pola ini, seperti dikatakan Mandikdasmen, Abdul Mu’ti, menggabungkan pembelajaran di rumah dan sekolah secara terstruktur.
Selama minggu pertama Ramadan, siswa belajar di rumah, dua minggu berikutnya di sekolah, minggu terakhir Ramadan, kembali belajar di rumah.
"Dulu saya pernah mengalami pola belajar seperti itu. Tapi seminggu libur, dua minggu masuk, minggu terakhir jelang lebaran libur lagi, Berarti masuk sekolah sekitar dua pekan lebih selama bulan Ramadan," kata Bung Heri memulai obrolan warteg bersama Mas Bro dan Bang Yudi.
"Tapi pernah juga libur selama bulan Ramadan, tetapi diberikan tugas-tugas oleh selama liburan, tugas diserahkan akhir bulan," kata Yudi.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Kebijaksanaan Heroik
"Ya, kebijakan pola belajar selama Ramadan beberapa kali mengalami perubahan, tetapi tujuannya agar siswa tidak terganggu dalam menjalankan ibadah puasa, tetapi tidak juga lantas tidak belajar karena puasa," kata Mas Bro.
"Kita dukung perubahan kebijakan karena diyakini perubahan dimaksud tentu untuk menuju kebaikan, menjadi lebih baik lagi dalam mengemas sistem belajar selama bulan Ramadan,” kata Heri.
"Setuju. Jangan sampai memunculkan penilaian yang mengesankan ganti pejabat, ganti kebijakan," timpal Yudi.
"Itu yang perlu dijaga. Karenanya perubahan kebijakan yang dilakukan harus mampu meyakinkan publik, bahwa inilah yang terbaik. Fakta memperlihatkan bahwa dengan kebijakan tersebut hasilnya lebih baik,” tutur Mas Bro.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Pesan Keadilan
"Artinya kebijakan itu baik atau tidak setelah kebijakan dijalankan, hasilnya bagaimana. Jadi lihat dulu hasilnya, baru beri penilaian dan kritikan,” kata Heri.
"Sejatinya belajar itu bisa dilakukan di mana saja, kapan saja dan kepada siapa saja, serta tentang apa saja," terang Mas Bro.
"Itu untuk kalian. Bagi siswa sekolah sistem belajar sudah diatur sedemikian rupa, disesuaikan dengan kurikulum dan sebagainya. Senin hingga Jumat masuk sekolah, itu aturan baku," kata Heri.
"Yang terpenting belajar di rumah pada awal dan akhir Ramadan, tidak dimaknai sebatas memindahkan tempat belajar. Jika itu yang terjadi hanya pindah tempat belajar. Bedanya tidak hadir secara fisik ke sekolah, tetapi misalkan melalui online di rumah masing - masing," jelas mas Bro.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Menggeliat Permohonan Diskualifikasi
"Tentunya Ramadan menjadi momentum bagi sistem pembelajaran lingkungan yang lebih kreatif dan inovatif tentang berbagai hal yang kemudian dituangkan melalui karya tulisnya sesuai dengan tingkatan kelasnya," jelas Heri.
"Itu yang disebut belajar di rumah secara terstruktur untuk mendukung perkembangan siswa, baik secara akademis maupun karakter. Pola itu yang nantinya akan diterapkan," ucap Mas Bro. (Joko Lestari)