“Kemesraan ini janganlah cepat berlalu. Kemesraan ini inginku kenang selalu...” begitulah senandung bung Heri ketika memasuki warteg untuk maksi bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.

“Tumben kamu nyanyikan lagu kemesraan, apa baru nostalgia dengan mantan,” tanya Yudi.

“Loh kemesraan itu tidak harus nostalgia. Justru kemesraan karena nostalgia akan cepat berlalu. Selesai lagu kemesraan didendangkan, berlalu pula kemesraan yang baru saja tercipta,” kata Heri.

‘Tak ubahnya kemesraan politik, usia kemesraan berlangsung selama digelar hajatan politik, begitu hajatan selesai, berakhir pula kemesraan. Boleh jadi berlanjut dengan perselisihan,” tambah mas Bro.

“Tapi ngomongin kemesraan politik, belakangan lagi ramai diperbincangkan   soal kemesraan antara Anies Baswedan dengan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok,” ujar Heri.

“Iya itu kemesraan politik yang memunculkan spekulasi politik yang cukup beragam, tentu dengan analisa dan sudut pandangnya,” kata mas Bro.

“Ada yang menyebut kemesraan itu sinyal akan adanya kerja sama politik dalam membangun Jakarta sebagai Kota Global. Ini dapat dipahami karena keduanya merupakan mantan Gubernur DKI Jakarta,” kata Heri.

“Konstribusi kedua mantan gubernur ini sangat dibutuhkan untuk memajukan Jakarta, selain dapat menyatukan pembelahan yang sempat terjadi akibat beda dukungan dan pilihan pada pilgub 2017 lalu,” jelas mas Bro.

“Jika terjalin kerja sama politik dapat diduga kemesraan tidak akan cepat berlalu. Bahkan, bisa berlanjut hingga pemilu 2029, jika terdapat chemistry dan meraih simpati,” urai Heri.

“Sebaliknya kemesraan cukup dikenang, jika sebatas kelakar politik sebagaimana penilaian sementara pihak,” kata Yudi.

“Tetapi, publik tentu berharap menyatukan kekuatan berbagai elemen masyarakat, saat sekarang sangat dibutuhkan. Bersatu membangun negeri tidak bisa ditunda lagi,” kata mas Bro.