Abdul Rosid Nekat Pensiun Dini untuk Jadi Petani

Senin 13 Jan 2025, 10:34 WIB
Abdul Rosid, 41 tahun, warga Pondok Gede, Kota Bekasi, bersama peserta pelatihan bercocok tanam menunjukkan sayuran hasil perkebunannya. (Sumber: Dok. Pribadi/Abdul Rosid)

Abdul Rosid, 41 tahun, warga Pondok Gede, Kota Bekasi, bersama peserta pelatihan bercocok tanam menunjukkan sayuran hasil perkebunannya. (Sumber: Dok. Pribadi/Abdul Rosid)

“Awalnya banyak orang yang mengingatkan saya untuk tidak mengambil keputusan ini. Keluar dari perusahaan dan memilih untuk menjadi petani seperti sekarang ini,” katanya.

Namun keyakinan Rosid ini tidak lepas dari pemikirannya bahwa sektor pertanian akan tetap menjadi lini usaha menjanjikan, selama produk pertanian yang dihasilkan berkualitas.

“Siapa yang hidup pasti membutuhkan makan. Untuk memenuhi makanan setiap yang hidup itu adalah sektor perkebunan dan pertanian. Tinggal bagaimana kita menyediakan makanannya yang berkualitas kan,” ucap Rosid.

Menggerakkan Potensi Wilayah

Gayung bersambut, impiannya menjadi petani pun terwujud. Setelah seorang teman memintanya untuk mengelola lahan seluas delapan hektar di Pondok Gede, Kota Bekasi, menjadi lahan produktif yang menghasilkan buah duku.

"Dari lahan seluas itu, saat panen bisa menghasilkan tiga kwintal buah duku dengan omzet sekiar Rp60 juta," kata Rosid.

Ia memilih menanam duku karena pohon tersebut paling cocok dengan cuaca di Bekasi yang notabene berhawa lebih panas. Rosid bisa panen sekali saja dalam setahun.

“Musim panas adalah momentum terbaik untuk menanam tumbuhan. Untuk menggerakkan potensi yang ada di Pondok Gede, kami memilih buah duku,” ujar Rosid.

Buah duku yang dihasilkan, kata Rosid, selanjutnya dibawa ke Pemkot Bekasi untuk dipilih menjadi salah satu potensi usaha perkebunan yang ada di kota tersebut.

“Alhamdulillah sekarang saya bersama 15 petani telah membentuk kelompok tani untuk memproduksi buah duku,” kata Rosid.

Keyakinannya terhadap sektor pertanian sebagai sebuah profesi pun bertambah. Pasalnya dengan keberhasilannya memproduksi buah duku berkualitas dan ilmu yang dimiliki, bisa memberikan jaminan materi untuk menghidupi keluarga.

“Sekarang pendapatan kami bukan hanya dari menjual duku, tapi bersama teman-teman kami membuka pelatihan bagaimana cara merawat atau mengembangkan produk pertanian yang berkualitas,” ujarnya.

Seperti pelatihan kepada ibu-ibu PKK. Program pelatihan ini meliputi cara bercocok tanam menggunakan metode urban farming, pemupukan biopori, pengemasan vertikal garden, dan tanaman hidroponik dengan memanfaatkan lahan terbatas.

Berita Terkait
News Update