POSKOTA.CO.ID - Darkim (49), sulit bersahabat dengan musim hujan. Baginya, musim hujan bak malapetaka.
Sebab, Darkim yang berprofesi sebagai petani sayur asal Bekasi Utara, Kota Bekasi, mengalami penurunan omzet hingga 50 persen saat musim hujan tiba.
"Kalau anjlok lebih seringnya sampai 50 persen, lah," kata Darkim saat dijumpai di lahan kebunnya, Senin, 16 Desember 2024.
Di lahan kebun seluas 500 meter persegi tersebut, Darkim menanam sejumlah tanaman, seperti kangkung, sawi, kenikir, kemangi dan daun pepaya.
Jika tidak diguyur hujan, Darkim bisa panen sayur dua kali per tiga bulan. Sayur hasil panen itu kemudian dijual dengan harga Rp10 ribu hingga Rp15 ribu, tetapi bisa lebih saat cuaca ekstrem seperti sekarang ini.
"Kalau nanem sayuran susah yah, karena kebanyakan hujan dan banjir di lahan pertanian," ujarnya.
Situasi ini pernah ia alami pada penghujung 2023. Menurut pengalaman Darkim, musim hujan kemungkinan terjadi pada Januari hingga Februari.
Situasi ini memaksa tubuhnya terus bekerja agar hasil panen tetap terjaga. Namun, ia harus mengorbankan kesehatannya.
"Situasi ini memang menyebabkan kebanyak para petani menjadi sakit, karena terus bekerja di musim hujan," ujarnya.
Selain faktor cuaca, katanya, hasil panen juga dipengaruhi pupuk dan bibit tanam. Darkim mengatakan tidak mendapatkan subsidi pupuk dari pemerintah daerah hampir setengah tahun.
Ia pun terpaksa merogoh kocek hingga Rp200 ribu untuk satu karung pupuk.