POSKOTA.CO.ID - Warga Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara masih gigih mengolah ikan asin tetap berjalan meski digenang banjir pesisir (rob).
Wayur (63), seorang warga Muara Angke, tetap menjalankan aktivitasnya mengolah ikan asin di tengah air rob berwarna kecokelatan.
Air rob yang sudah tercampur dengan sampah tidak menghalangi Wayur dan warga lain untuk mengais rezeki.
Meski air hampir mencapai pinggang orang dewasa, ikan ditata rapi dengan diletakkan di atass kayu panjang sebagai penyangga.
"Udah biasa kayak begini mah, air pasang tiap bulan," kata Wayur (63) kepada Poskota.co.id di lokasi, Minggu, 15 Desember 2024.
"Sebenarnya ganggu aktivitas, cuma mau bagaimana, kan ini kejadian alamiah juga," sambungnya.
Wayur berujar, banjir rob kali ini termasuk yang terparah. Sebelumnya, banjir rob hanya menggenangi permukiman paling tinggi sepaha orang dewasa, sedangkan kini nyaris sepinggang.
"Warga tau kalau ada air pasang, tapi kan biasanya gak begini besar. Tahun ini paling besar, ada satu meter mah. Paling parah ini," katanya.
Jika rob melanda, Wayur yang sudah puluhan tahun menjadi pengolah ikan asin ini mengatakan pembelian ikan asin berkurang. Sebab, konsumen enggan datang untuk membeli dagangannya.
"Jarang kemari orang belinya. Sementara kalau gak ada yang beli, disimpan dulu," tukasnya.
Warga pengolah ikan asin lain, Siti Rahma (53) merasakan hal serupa. Sejak banjir rob melanda, ia mengaku penjualan ikan asin merosot, karena pelanggan tidak ada ada yang datang.
"Aktivitas pengasinan ikan tetap jalan, tapi yang beli pada gak mau ke sini. Kan banjir, tapi pengasinan mah tetap jalan," tuturnya.
Biasanya, pengolah ikan asin mendapatkan ikan di pelelangan di Muara Baru. Ikan cucut, ikan tongkol hingga ikan kembung, adalah jenis ikan yang diolah oleh para pengrajin menjadi ikan asin.
"Biasanya belanja 3 ton, 5 ton. Jadi yang beli biasanya datang ke sini. Ada juga yang memang pesanan," terangnya.
Rastem (51) yang juga pengolah ikan asin di sana mengaku, sejak banjir rob yang mulai intens melanda sejak November 2024, penjualan ikan asin merosot. Bahkan garam sebagai bahan dasar mengolah ikan asin juga terkikis.
"Yang jaga-jaga itu garam, kalau garam itu kan kalau ada air habis. Pernah lama-lama turun jadi tinggal karungnya doang," keluh Rastem.
Terbiasa Hidup Berdampingan dengan Banjir
Warga Muara Angke, Sanilah (50) sudah tiga hari ini tidak berjualan es dan makanan selama banjir rob. Ia mengaku keadaan seperti ini sudah biasa dirasakan warga Muara Angke.
"Memang ini sih paling gede. Tadi masuk air jam 8 pagi, paling tinggi se bale, ya sekitar satu meter lah," katanya.
Ibu rumah tangga tiga anak ini mengaku dirinya selalu melakukan persiapan ketika tau akan ada banjir rob persiapan diantaranya memindahkan barang yang ada di lantai satu ke lantai dua rumahnya tersebut.
Sanilah yang juga sehari-hari berjualan garam tersebut juga tidak bisa berbuat banyak, karena garam dagangannya terendam.
"Ya liat aja tuh garamnya kena air, udah gak biasa jualan. Saya garam langsung ngambil dari Pati, Jawa Tengah, dikirim ke sini," jelas Sanilah.
Hal sama juga dirasakan wanita yang sudah lanjut usia (lansia), Anira (64). Sudah tiga hari ini dirinya tidak berjualan rebusan seperti kacang dan ubi karena banjir rob.
"Kompornya juga mati karena kebanjiran, jadi udah tiga hari ini enggak jualan. Mau jualan juga susah. Saya kan biasanya jualan di pasar, sore kalau belum habis baru keliling," katanya.
Untuk kebutuhan sehari-hari, Anira harus merogoh uang tabungan berjualan rebusan. Hal ini terpaksa karena dirinya tidak bisa mencari nafkah selain berjualan rebusan.
"Uangnya dari yang kemarin-kemarin hasil jualan, mau enggak mau dikeluarin buat sehari-hari," ucapnya.
Terlihat tumpukan garam milik Sanilah di halaman rumah terendam air genangan rob. Sementara itu, air setinggi kurang lebih satu meter mengepung permukiman warga Muara Angke merendam rumah.
Di lokasi dekat permukiman warga banjir, tampak satu perahu bagi warga yang ingin beraktvitas. Ali (30), salah seorang warga mengatakan, perahu digunakan untuk pertolongan pertama atau kondisi darurat.
"Kalau ada lansia yang mau dipindahin, kita pakai perahu ini. Sama sekalian buat warga yang mau aktifitas," tuturnya.
Mayoritas warga Muara Angke menyebut fenomena banjir rob merupakan kejadian alamiah. Tidak heran banyak warga yang menyebut bencana ini bukanlah momok menakutkan.
"Enggak takut, warga sini mah udah biasa, kayak saya udah puluhan tahun di sini, ya udah banjir begini ya biasa. Paling harapannya kalau bisa ditanggulangi kalau bisa air jangan sampai masuk ke permukiman, gitu," ucap Rastem menimpali obrolan.
Sementara pantauan poskota di lokasi, sejumlah jalan seperti di Jalan Pluit, Penjaringan, tergenang. Pengendara harus melewati genangan yang terlihat mulai surut.
Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.