PEPATAH Arab mengatakan “sesungguhnya lisan bagaikan binatang buas, Jika engkau ikat, niscaya ia menjagamu. Jika engkau lepas, niscaya ia menerkammu. Karena itu hendaklah engkau berkata sekadarnya dan hendaklah engkau berhati-hati dengannya".
“Kalau kita sering mengatakan lidah itu tak bertulang tak terbatas katabatas katamu. Tinggi gunung seribu janji, lain di bibir lain di hati,” kata Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, Mas Bro dan Yudi.
“Itu sih bukan pepatah, tetapi petikan lirik lagu popular ‘Tinggi gunung seribu janji'," ujar Yudi.
“Tapi enggak salah dong, kadang kita berucap tak sesuai dengan kenyataan, sering disebut tak satunya kata dengan perbuatan,” jawab Heri.
“Yang lebih seru lagi, lisan itu bagaikan pedang, Jika salah menggunakannya dapat melukai orang lain, juga dirinya sendiri. Karena itu gunakan pisau dengan baik dan benar,” kata Yudi.
“Intinya pepatah , kiasan tadi, atau apalah namanya mengajarkan kita agar jangan menilai seseorang dari ucapannya, tetapi perbuatannya. Lisan bisa berkata A, namun perbuatannya B,” ujar mas Bro.
“Jadi nilailah amalnya, bukan teorinya, bukan pula pernyataan yang ditebarkan ke ruang publik. Sebab tadi, lain di bibir, lain pula di hati,” ungkap Yudi.
“Jangan seperti teman kita ini, bilangnya setia, di belakang selingkuh,” ujar Heri.
“Ini contoh tidak menjaga lisan. Itu namanya asal ngomong, waton ngomong, tanpa dilandasi dengan bukti,” kata Yudi.
“Loh selingkuh bukan soal rumah tangga, kasih sayang. Dalam dunia politik juga sering ada perselingkuhan,” kata Heri
“Maksud loe?” kata Yudi.
“Ingat dulu, katanya kalian satu sikap politik dengan pilihan saya, ternyata di belakang menggunting dalam lipatan,” kata Heri.
“Sudahlah lupakan masa lalu.Ke depan, kita ojo waton ngomong. Jangan pula mengucapkan perkataan yang kamu sendiri tidak menyukainya,” ucap Mas Bro.
“Bukan hanya kami sebagai rakyat biasa, yang lebih utama para elite politik negeri ini memberi teladan jangan asal ngomong, apalagi yang diomogin tak sesuai fakta,” ujar Heri.
“Jadi pemimpin harus jaga lisannya agar tidak menyakiti hati yang mendengarnya,” jawab Mas Bro. (Joko Lestari)