Jangan paksakan jika tidak cocok. Itu kata Ganjar Pranowo, mantan Gubernur Jateng dan capres pada pilpres 2024 itu, ketika menanggapi wacana PDIP akan mengusung Anies Baswedan pada pilkada Jakarta.
Seperti diberitakan, sejumlah parpol seperti PKB dan PKS membuka opsi berkoalisi dengan PDIP untuk mengusung Anies pada pilgub Jakarta. Terhadap usulan nama Anies, Ganjar berpendapat perlu diobrolin, harus diperhitungkan dengan matang. Perlu dinegosiasikan dengan pihak Anies. Tetapi, seandainya tidak menemukan kecocokan, jangan dipaksakan.
"Artinya kalau terdapat kecocokan berarti lanjut, jalan terus," kata Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.
"Pasangan calon gubernur-wakil gubernur itu bagaikan pasangan calon pengantin. Kecocokan tidak hanya pada pasangan calon, tetapi pihak keluarganya, orang tuanya," kata Yudi.
"Bahkan dalam pilgub, restu orang tua, keluarganya, dalam hal ini parpol pengusung sangat menentukan. Jika parpol tidak memberi restu, calon pengantin tidak bisa menuju pelaminan," tambah mas Bro.
"Meski pasangan calon sudah merasa sangat cocok menuju perhelatan, jika orang tua tidak setuju, duduk di pelaminan tinggal impian," kata Heri.
"Sebaliknya, meski pasangan calon tidak ada kecocokan, tetapi pihak orang tua memberi restu, menuju pelaminan bukan hal sulit. Soal kecocokan belakangan. Ibarat pasangan pengantin, cinta bisa datang belakangan," urai mas Bro.
"Tapi tidak sedikit loh, karena kecocokan yang dipaksakan, pisah di tengah jalan. Ada pasangan yang mengundurkan diri karena kebijakan tak sejalan, ada juga yang bertahan hingga akhir masa jabatan, tetapi jalan sendiri-sendiri," kata Yudi.
"Sebenarnya rugi ya jika mengundurkan diri. Selain dinilai tidak konsisten dengan janji politiknya karena mundur sebelum habis masa jabatannya, juga dianggap tidak bisa manunggal," kata Heri.
"Karena itu bangun kecocokan semuanya, baik pasangan calon maupun seluruh keluarga besarnya. Jangan paksakan menuju pelaminan, jika tak ada kecocokan, apalagi berseberangan jalan. Sesal kemudian tiada guna," urai mas Bro. (Joko Lestari)