Menciptakan keunggulan baru menjadi faktor penting jika bangsa Indonesia tidak ingin tergilas oleh perkembangan zaman, perubahan dunia yang begitu cepat berpacu ke seluruh penjuru negeri. Bahkan sampai ke sudut-sudut dunia.”
-Harmoko-
Negeri kita sebenarnya telah memiliki keunggulan sejati yang tidak dimiliki negara lain, sering disebut keunggulan mutlak sebagai modal utama membangun masa depan bangsa mewujudkan cita-cita.
Keunggulan dimaksud adalah di bidang seni dan budaya serta kekayaan alam yang tiada duanya.
Dunia pun mengakuinya bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya dengan budaya, tradisi, etnis, dan beragam agama.
Keberagaman inilah sebagai keunggulan sejati yag tiada duanya.
Begitu soal kekayaan alam yang melimpah, sering disebut “gemah ripah loh jinawai”, tanahnya subur, tukul tanpo tinandur-tanaman tumbuh sendiri tanpa perlu ditanam. Lautan pun diibaratkan “kolam susu”.
Masih ada keunggulan lain, tetapi bukan mutlak, karena dimiliki juga oleh negara lain, yaitu sumber daya manusia (SDM) dengan jumlah 278 juta (prediksi tahun 2023), yang terbesar keempat setelah India, Tiongkok, Amerika Serikat.
Ketiga keunggulan tersebut melekat, datang secara alami, bukan direkayasa atau dibuat-buat.
Ini merupakan anugerah Allah Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia yang wajib disyukuri, dengan cara menjaga, merawat dan mengembangkannya sebagaimana mestinya agar memberi banyak manfaat bagi kemaslahatan umat.
Jika kita lalai, segala apa pun yang sebelumnya sebuah berkah, akan bisa menjadi masalah di kemudian hari.
Soal kekayaan alam yang melimpah-sudah disinggung dalam tulisan sebelumnya di kolom ini, bagaimana menjaganya, dan memanfaatkannya melalui kebijakan Pro Lingkungan.
Begitu juga soal keragaman seni dan budaya bangsa kita, yang tak hanya sebagai jati diri bangsa, juga bisa menjadikannya negara kita punya potensi, memiliki posisi tawar tinggi di dunia.
Bagaimana mengemas dan mengelolanya, itulah yang menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah baru hasil pilpres 2024.
Potensi bukan hanya kekayaan alam, juga keragaman seni budaya, adat , tradisi, etnis dan masih banyak lagi. Kearifan lokal, sebagai potensi masing-masing daerah inilah yang menjadi kekuatan tambahan bagi bangsa kita untuk tampil di panggung dunia, jika mampu mengelolanya.
Rakyat berharap, setidaknya melalui debat capres terakhir pada 4 Februari 2024, dapat memberi gambaran bagaimana kebijakan capres dalam soal kebudayaan dan sumber daya manusia, dua dari sekian sektor yang akan menjadi tema debat.
Seperti diketahui dalam debat terakhir capres pada Pilpres 2024, yang akan digelar 10 hari sebelum pencoblosan, mengangkat tema kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia dan inklusi.
Bicara kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan, kebudayaan, teknologi informasi, inklusi, akan berujung kepada manusianya sebagai pelaksana, pengguna dan sebagai subjek pembangunan.
Seperti disebutkan di bagian awal tulisan ini, SDM kita menjadi keunggulan ketiga, setelah kekayaan alam, keragaman seni dan budaya. Unggul bukan hanya karena jumlahnya yang besar, juga sebagian besar berusia muda, produktif.
Terhadap ketiga keunggulan yang sudah kita miliki, akan menjadi kekuatan besar, jika dikelola dengan baik.
Setidaknya terdapat tiga hal yang perlu dijalankan, bagaimana kita senantiasa berkreasi dan berinovasi untuk :
1. Merawat dan melestarikan keunggulan yang sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia.
2. Memajukan dan mengembangkan keunggulan alami menjadi keunggulan baru yang modern.
3. Menciptakan keunggulan-keunggulan baru, sebagai sebuah kreasi yang sesuai dengan eranya.
Menciptakan keunggulan baru menjadi faktor penting jika bangsa Indonesia tidak ingin tergilas oleh perkembangan zaman, perubahan dunia yang begitu cepat berpacu ke seluruh penjuru negeri.
Bahkan sampai ke sudut-sudut dunia seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Di sektor pertanian seperti kopi misalnya, Indonesia memiliki beragam rasa kopi dari sejumlah daerah yang diminati dunia.
Bukan hanya kopi, juga jahe merah, dan produk pertanian lainnya yang menjadi bahan obat -obatan.
Kuncinya ada pada kreativitas masyarakat bagaimana menciptakan keunggulan.
Tahap berikutnya adalah pemberian fasilitas oleh negara.
Tidak hanya soal permodalan, juga akses pasar dalam dan luar negeri, melalui pelatihan dan bimbingan secara berkelanjutan. (Azisoko)