“..kembali dituntut kesadaran yang tinggi, apa pun bentuk perbedaan akan dapat diselaraskan oleh sikap toleransi dan saling menghargai. Itulah yang disebut menyerasikan simpul – simpul perbedaan..”
-Harmoko-
--
Siapa pun pemenang pemilu baik pilpres maupun pileg, tahap awal yang hendaknya dilakukan untuk menuju pemerintahan baru adalah bagaimana menyelaraskan perbedaan. Babak berikutnya adalah merumuskan kolaborasi guna membangun negeri menjadi lebih baik lagi.
Menyelaraskan bukan berarti menyamakan semua perbedaan yang ada, tetapi menyerasikan simpul – simpul perbedaan.
Maknanya adalah tetap mengakui adanya perbedaan sikap politik, sikap partai dan perbedaan dalam visi dan misi yang diusung.
Pengakuan atas perbedaan itulah yang kemudian diwujudkan dalam sikap saling menghargai perbedaan, bukan lagi memperdebatkan, apalagi mempertentangkan perbedaan yang ada.
Perbedaan hendaknya disikapi sebagai kekuatan, bukan ancaman perpecahan.
Sejarah telah membuktikan keberagaman dan perbedaan bukan sebagai penghalang. Bahkan, menjadi penguat perjuangan mengusir penjajah hingga terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ini pula yang mestinya menjadi rujukan dalam membangun bangsa dan negara di era kapan pun.
Hiruk pikuk perbedaan pilihan politik dalam pemilu adalah fakta adanya. Beda pilihan yang telah disalurkan pada saat pencoblosan, 14 Februari 2024 lalu, hendaknya tidak menyisakan perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat di kemudian hari.
Ini patut menjadi renungan kita bersama, mengingat belakangan acap mencuat ego kelompok yang berakibat kepada munculnya embrio perbedaan baru, bukan lagi soal pilihan politik.
Jika embrio ini kian transparan, kemudian dikemas sedemikian rupa dapat berpotensi menimbulkan ketersinggungan dan gesekan, di era kini, pasca-pemilu.
Disinilah kembali dituntut kesadaran yang tinggi, apa pun bentuk perbedaan akan dapat diselaraskan oleh sikap toleransi dan saling menghargai. Itulah yang disebut menyerasikan simpul – simpul perbedaan, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Perlu juga ada kesadaran bahwa menjelek - jelekkan orang dan kelompok lain, bukan lantas orang/kelompok lain itu menjadi jelek. Malah bisa berbalik yang dijelekkan menjadi baik, justru yang menjelekkan mendapat citra buruk. Sebaliknya seseorang/kelompok yang mengapresiasi dan menghargai keberadaan serta keunggulan orang /kelompok lain akan menuai penghargaan dari orang/kelompok lain.