JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Nasib ratusan warga yang tinggal di hunian liar yang berlokasi di bawah kolong tol Angke, Jelambar, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, hingga kini belum jelas.
Sementara hunian liar yang telah ditempati warga selama puluhan tahun itu terancam akan dibongkar.
Lurah Jelambar, Danur Sasono mengatakan pihaknya baru melakukan langkah yakni pendataan terhadap warga yang tinggal di lahan milik Jasa Marga itu.
"Sejauh ini kita baru melakukan pendataan aja terhadap warga. Data terakhir ada 83 KK yang tinggal di sana," ujarnya kepada Poskota saat dikonfirmasi, Rabu (21/6/2023).
Belum pasti nasib warga yang telah mendirikan hunian liar dan tinggal di rumah semi permanen yang sudah puluhan tahun itu.
Apakah mereka nantinya akan di relolasi ke rumah susun (rusun), atau ada langkah lebih jauh dari pemerintah.
Danur menuturkan, pihaknya baru mendapat arahan untuk melakukan pendataan kepada warga yang tinggal di kolong tol Angke itu.
"Belum ada info mas, baru pendataan aja. Tugas awal dari temen-teman Kelurahan baru pendataan aja, karena kan kita di lapangan tugasnya hanya mendata," katanya.
Disamping itu, warga juga sempat protes karena di lokasi tersebut terdapat sekolah yang dibangun perorangan.
Sekolah itu merupakan salah satu tempat belajar bagi anak-anak di sana.
Danur menyampaikan jika pihaknya belum mengetahui pasti nasib dari pada sekolah yang terancam dibongkar itu.
"Itu (soal sekolah) juga kita belum tau, kita ditugaskan untuk melakukan pendataan aja kepada warga yang tinggal di sana," paparnya.
Sebelumnya diberitakan, warga yang tinggal di Kolong Tol Angke, Kelurahan Jelambar Baru, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, terancam tergusur.
Puluhan tahun tinggal di rumah triplek, warga terancam tidak mendapat tempat tinggal.
Mirisnya, salah satu sekolah yakni sekolah Domba yang berlokasi di bawah kolong tol tersebut juga terancam dibongkar.
Salah satu warga bernama Budi, nama samaran, mengaku terusik dengan adanya informasi yang menyebut jika ratusan rumah yang berlokasi di bawah kolong tol itu terancam akan dibongkar.
Pasalnya, ia yang sudah lama tinggal di sana merasa sudah nyaman. Apalagi Budi yang sehari-hari bekerja sebagai tukang kopi, penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan untuk bertahan hidup.
"Ada warga pendatang, karena imigran dari Surabaya dari mana lah, jadi kemarin juga waktu mau dapat Rumah Susun percuma data doang hasilnya nggak ada. Percuma nggak ada identitas," katanya di lokasi.
Karena hal itu, Budi bersama warga lainnya yang sudah puluhan tahun tinggal di sana merasa terusik.
Apalagi jika sekolah Domba yang telah lama berdiri di sana akan dibongkar.
Pasalnya, sekolah Domba yang didirkan oleh umat Nasrani selama ini memberikan dampak positif yang begitu besar.
Banyak warga di sana yang buta huruf, sehingga anak-anak mereka perlu bersekolah agak tak buta huruf seperti orang tuanya.
"Banyak yang buta huruf. Terus kalau sekolah Domba dibongkar anak-anak gimana? Banyak yang buta huruf," paparnya.
Budi menuturkan jika sekolah Domba merupakan satu-satunya tempat anak-anak belajar.
Apalagi, anak-anak di sana tak perlu mengeluarkan uang untuk mengais ilmu.
"Kalau dibongkar nasib anak-anak gimana? Mau di pindah ke mana?," keluhnya. (pandi)