POSKOTA.CO.ID - Jemaat Kristen memadati Kota Tua Yerusalem dan Gereja Makam Kudus.
Mereka menghadiri perayaan kuno “Api Kudus” pada Sabtu (15/4/2023).
Upacara tersebut memicu ketegangan dengan polisi dan pihak berwenang pada tahun ini.
Upacara tahunan tersebut berlangsung lebih dari ribuan tahun.
Lidah api, muncul dengan caranya yang ajaib di makam Yesus, digunakan untuk menyalakan lilin orang-orang beriman yang bersemangat di komunitas Ortodoks Yunani.
Seorang pastor masuk ke dalam makam yang remang-remang dan menyalakan lilinnya pasca berjam-jam penantian pada hari Sabtu.
Setiap orang meneruskan cahaya ke yang lain dan, sedikit demi sedikit, gereja yang gelap tersebut disinari oleh titik-titik kecil cahaya yang akhirnya menerangi seluruh bangunan.
Lonceng pun berdentang. “Kristus telah bangkit!” Jemaah berbagai Bahasa berteriak menanggapi,”Dia benar-benar telah bangkit!”
Banyak yang mencoba mencapai situs gereja di mana dibangun di tempat tradisi Kristen menyatakan Yesus disalibkan, dikuburkan dan bangkit. Jiwa mereka sangat tergetar untuk menandai ritus Prapaskah di kota tempat semuanya itu dimulai.
Namun untuk tahun kedua berturut-turut ini pembatasan jumlah peserta pada kapasitas acara meredupkan sebagian kegembiraan. Demikian dikutip dari Times of Israel.
Sementara para pemimpin gereja menuduh polisi Israel tidak perlu melanggar kebebasan beribadah orang Kristen pada awal pekan ini.
Para peziarah dan klerus yang marah berdesak-desakan untuk melewatinya pada hari Sabtu sementara polisi berjuang untuk menahan mereka, hanya pengunjung dengan surat yang diizinkan, dan penduduk lokal di dekat gereja.
Pagar logam menutup gang-gang yang mengarah ke kawasan Kristen dengan lebih dari 2.000 petugas polisi membentuk barisan.
Video yang beredar di media sosial tampaknya menunjukkan perkelahian kecil antara polisi dan Jemaah yang berusaha menerobos penghalang. Tidak ada laporan tentang cedera.
“Saya sedih bahwa saya tidak dapat pergi ke gereja di mana hati saya, iman saya, menginginkan saya,” ucap Jelena Novakovic, 44 tahun, dari Montenegro.
Perayaan tersebut dibatasi menjadi hanya 1.800 orang. Polisi Israel mengatakan mereka harus tegas karena bertanggung jawab untuk menjaga keamanan publik.
Polisi mengatakan dalam pernyataan yang dirilis pada Kamis bahwa pembatasan jumlah peserta bukanlah inisiatif mereka. Pembatasan itu disebutnya sebagai persyaratan keselamatan yang diperlukan.
Tetapi minoritas Kristen Yerusalem, terperosok dalam konflik Israel - Palestina dan terjebak antara Yahudi dan Muslim, mengatakan mereka takut Israel menggunakan langkah-langkah keamanan ekstra untuk mengubah status mereka di Kota Tua, memberikan akses pada orang Yahudi, dan membatasi jumlah umat Kristen.
Otoritas Israel dan pejabat gereja secara terbuka bertengkar tentang pembatasan massa selama sepekan terakhir. Patriark Ortodoks Yunani mengecam pembatasan tersebut sebagai penghalang kebebasan beragama dan meminta semua jemaah membanjiri gereja meskipun ada peringatan dari Israel.
Polisi sudah memutar balik sebagian besar jemaah dari gerbang Kota Tua sejak pukul 08.00, termasuk turis asing yang terbang dari Eropa dan umat Kristen Palestina yang melakukan perjalanan dari seberang Tepi Barat, mengarahkan mereka ke area yang meluap dengan siaran langsung.
Sejumlah remaja Palestina dari lingkungan tersebut melihat peluang menghasilkan uang. Mereka menjanjikan kepada turis akan membawa ke gereja dengan meminta tarif sekitar 200 shekel atau 54 dolar AS tetapi mengarahkan mereka hanya ke halaman terdekat sebelum meminta lebih banyak uang.
Ana Dumitrel, seorang peziarah Rumania yang dikelilingi polisi di luar Kota Tua, mengatakan dia datang untuk memberi penghormatan kepada mendiang ibunya yang pengalamannya menyaksikan Api Kudus pada 1987 lama menginspirasi dia.
“Saya ingin memberi tahu keluarga saya, anak-anak saya, bahwa saya ada di sini seperti ibu saya,” ujarnya sambil berusaha menilai apakah dia punya kesempatan.
Perselisihan itu terjadi ketika orang-orang Kristen di Tanah Suci, termasuk Kepala Gereja Katolik Roma di wilayah tersebut serta warga Palestina dan Armenia setempat, menyebutkan pemerintah paling kanan dalam sejarah telah memberdayakan ekstremis Yahudi sehingga telah meningkatkan vandalisme atas properti agama mereka dan pelecehan klerus.
Israel mengatakan berkomitmen untuk memastikan kebebasan beribadah bagi orang Yahudi, Kristen, dan Muslim. Negara tersebut menggambarkan dirinya sebagai pulau toleransi di Timur Tengah.
Gesekan atas perayaan Paskah Ortodoks pada Sabtu sebagian dipicu pertemuan hari raya yang jarang terjadi di Kota Tua Yerusalem yang ramai.
Beberapa ratus meter dari Gereja Makam Kudus, umat Islam berpuasa pada hari ke-24 bulan suci Ramadan berkumpul untuk sholat Dzuhur di Masjid Al Aqsa.
Sedangkan puluhan ribu orang Yahudi berbondong-bondong ke Tembok Barat untuk doa massal selama perayaan Paskah pada awal pekan ini.
Jemaah Kristen didorong mundur polisi di lorong-lorong batu pada hari Sabtu kemudian berusaha mengatasi kekecewaan mereka.
Cristina Maria, seorang wanita berusia 35 tahun yang melakukan perjalanan dari Rumania untuk melihat cahaya yang menyala dari Api Kudus, mengatakan ada sedikit penghiburan dalam pemikiran akan nyala api itu simbolis.
“Ini adalah terang Kristus,” ungkapnya ketika berdiri di antara kedai es krim dan tempat sampah di Kota Tua. “Kita bisa melihatnya dari sini, sana, di mana saja.” ***