POSKOTA.CO.ID - Masa menjelang Paskah biasanya merupakan masa sibuk.
Sudah menjadi tradisi umat Kristen di Inggris dan berbagai tempat lain di dunia untuk merayakan hari keagamaan ini dengan menyediakan cokelat berbentuk telur.
Masyarakat juga merayakan Paskah selama bertahun-tahun dengan menyertakan lambang tradisional lainnya. Yakni cokelat berbentuk kelinci.
Banyak konsumen di Inggris pada perayaan tahun ini yang mengeluhkan harga telur Paskah yang mahal.
Perayaan Paskah di Inggris kali ini kemungkinan besar terimbas oleh harga gula yang melonjak tinggi ditambah dengan kenaikan inflasi harga makanan secara umum. Demikian dikutip dari Associated Press pada Sabtu (1/4/2023).
Konsorsium Ritel Inggris (BRC) membenarkan tentang kenaikan harga bahan makanan pada umumnya.
Harga-harga bahan makanan naik setengah persen pada Maret menjadi 15 persen menurut BRC.
Gula, salah satu komponen utama pembuatan cokelat, termasuk yang mengalami kenaikan harga cukup signifian.
Harga rata-rata gula pasir per kilogram naik dari 75 penny (sekitar Rp 13.900) pada 2019 menjadi 1,06 poundsterling (hampir Rp 19.700) pada Februari tahun ini menurut Kantor Statistik Nasional Inggris.
Para konsumen lokal menyebutkan harga tersebut ditambah lagi dengan kenaikan biaya hidup secara umum mengacaukan belanja Paskah tahun ini.
“Saya pasti akan mengurangi belanja tahun ini dan akan mencoba membagikan hadiah berupa misalnya kupon belanja bukannya telur-telur Paskah yang besar seperti pada masa lalu, ucap Kerry Moir, seorang di antara konsumen.
Dia melanjutkan,”Ini benar-benar mengkhawatirkan karena secara perlahan harga-harga terus naik. Sepertinya sudah menjadi norma kalau harga-harga naik dan terus naik.”
Sementara Tina Fenner, seorang pemilik toko cokelat eceran, mengatakan para pengusaha telah berusaha untuk mempertahankan harga. Tetapi mereka tidak punya pilihan dan pada akhirnya harus menaikkan harga.
“Kami akan terpaksa menaikkannya segera kemungkinan persis setelah Paskah. Saya pikir kita tentu tidak ingin menambah spiral inflasi tetapi kami juga harus bertahan,” jelasnya.
Konsorsium Ritel Inggris menegaskan para anggotanya telah benar-benar berusaha melindungi konsumen. Ini diungkapkan salah seorang direktur konsorsium tersebut Kris Hamer.
“Jadi peritel sesungguhnya benar-benar melindungi konsumen dari dampak terburuk inflasi yang mereka terima dari para pemasok mereka. Kami melihat ada kenaikan biaya gula 13 persen dan ini jelas berdampak pada harga yang dilihat konsumen di toko,” pungkasnya. ***