POSKOTA.CO.ID - Umat Kristen memasuki masa Prapaskah.
Di Gereja Katolik, ini ditandai dengan peringatan Rabu Abu yang jatuh pada hari ini 22 Februari 2023.
Rabu Abu membuka Prapaskah, masa puasa dan doa, hadir 46 hari sebelum Minggu Paskah. Gereja Katolik menerapkan puasa ini selama 6 hari dalam seminggu dan hari Minggu tidak dihitung karena Minggu merupakan perayaan Kebangkitan Yesus. Karena itu masa puasa berlangsung genap 40 hari.
Sementara angka “40″ mempunyai makna rohani sebagai lamanya persiapan. Misalnya Musa berpuasa 40 hari lamanya sebelum menerima Sepuluh Perintah Allah (Keluaran 34:28). Demikian pula Nabi Elia (1 Raja 19:8). Yesus berpuasa selama 40 hari 40 malam di padang gurun sebelum memulai pewartaan (Matius 4:2).
Prapaskah merupakan masa pertobatan, permenungan, dan puasa sebagai persiapan menyambut kebangkitan Yesus Kristus pada hari Minggu Paskah yang melaluinya manusia memperoleh penebusan.
Praktek Penggunaan Abu
Peringatan ini berasal dari tradisi pertobatan dan puasa Yahudi kuno. Prakteknya termasuk menaburkan abu di atas kepala.
Abu melambangkan debu dari mana Tuhan menciptakan manusia. Saat pastor mengoleskan abu ke dahi seseorang, dia mengucapkan kata-kata,"Ingatlah bahwa kamu adalah debu dan kamu akan kembali menjadi debu."
Sebagai alternatif, pastor dapat mengucapkan kata-kata, "Bertobatlah dan percayalah pada Injil."
Abu juga melambangkan kedukaan. Dalam hal ini kedukaan akibat berdosa sehingga terpisah dari Allah.
Tulisan-tulisan dari Gereja abad kedua merujuk pada pemakaian abu sebagai tanda pertobatan.
Pastor memberikan abu selama misa dan semua diundang untuk menerima abu sebagai simbol pertobatan yang nampak.
Abu untuk umat Katolik harus tetap diterimakan dalam konteks Misa. Dalam beberapa kasus, abu dapat dikirimkan oleh seorang pastor atau anggota keluarga kepada mereka yang sakit.
Rabu Abu adalah hari doa pertobatan dan puasa. Biasanya tidak layak untuk makan di luar, berbelanja, atau pergi ke ruang publik setelah menerima abu. Berpesta sangat tidak pantas. Anak kecil, orang lanjut usia, dan orang sakit dikecualikan dari ketaatan ini.
Pembuatan Abu
Abunya untuk upacara ini dibuat dari daun palem yang diberkati yang digunakan dalam perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya. Abunya dicampur air suci dan diharumkan dengan dupa.
Di sisi lain perlambangan abu menjadi pengingat akan kemurahan Allah dan belas kasih-Nya kepada mereka yang berseru kepada-Nya dengan hati yang menyesal.
Penggambaran di Alkitab
Abu adalah simbol pertobatan sakramental dengan restu Gereja.
Alkitab menggambarkan ini lewat sejumlah kisah dan pertobatan ini dilakukan dengan kain kabung dan abu. Abu melambangkan perkabungan, kefanaan, dan pertobatan.
Di samping itu dahi yang ditandai dengan abu merupakan bentuk kerendahan hati dan mengingatkan akan kefanaan,”Manusia adalah debu dan akan kembali menjadi debu.”
Contoh-contoh dari Alkitab merujuk praktek penggunaan abu dan pengertian umum akan makna yang dilambangkannya.
Mordekhai mengenakan kain kabung dan abu ketika dia mendengar perintah Raja Ahasyweros (485-464 SM) dari Persia untuk membunuh semua orang Yahudi dalam kerajaan Persia (Ester 4:1).
Ayub menyatakan sesalnya dengan duduk dalam debu dan abu (Ayub 42:6).
Daniel dalam nubuatnya tentang penawanan Yerusalem ke Babel mengungkapkan,“Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu.” (Daniel 9:3).
Yunus menyerukan kota Niniwe berbalik kepada Tuhan dan bertobat. Kota tersebut kemudian memaklumkan puasa dan mengenakan kain kabung. Sementara raja menyelubungi diri dengan kain kabung lalu duduk di atas abu (Yunus 3:5-6).
Dalam masa Prapaskah, Kerahiman Ilahi ditekankan. Gereja memanggil untuk meraih rahmat tersebut dengan permenungan, doa, dan pertobatan. ***
(Catholic, Katolisitas, Katolisitas Indonesia)