JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Usai Twitter dibeli Elon Musk banyak perubahan yang terjadi di tubuh media sosial tersebut.
Salah satunya fitur akun terberifikasi (centang biru) kini masuk ke paket Twitter Blue dengan biaya langganan 7,99 dolar AS (sekitar Rp124.760) per bulan.
Salah satu alternatif media sosial yang dipilih warganet adalah Mastodon.
Melansir USA Today, Mastodon merupakan jejaring sosial terdesentralisasi dan bersifat terbuka (free open source secentralized social media platform).
Aplikasi ini diluncurkan tahun 2016 silam, dikembangkan oleh Mastodon gGmbhH, sebuah organisasi nirlaba asal Jerman yang dipimpin Rochko.
Berkembang Pesat Setelah Twitter Dibeli Elon Musk
CEO and lead developer Mastodon, Eugen Rochko mengeklaim Mastodon mengalami pertumbuhan pesat sejak Elon Musk membeli Twitter.
Klaim itu disampaikan dalam sebuah postingan di Mastodon.
Rochko mengatakan, hampir 500.000 pengguna bergabung dengan Mastodon sejak 27 Oktober, hari yang sama akuisisi Twitter oleh Musk rampung.
Pertumbuhan pengguna baru juga turut meningkat.
Sebelum 27 Oktober 2022, jumlah pendaftar baru hanya sekitar 60-80 entri per jam, setelahnya naik mencapai ribuan pendaftar per jam.
Rochko juga mengeklaim Mastodon telah memiliki 1 juta pengguna aktif bulanan (monthly active user) per Senin 7 November 2022.
Capaian ini menjadi sejarah baru bagi Mastodon yang baru diluncurkan enam tahun lalu.
Cara Mengunduh Aplikasi Mastodon
Aplikasi Mastodon bisa diunduh di Play Store (Android) maupun App Store (iOS).
Mastodon juga bisa diakses via laman https://mastodon.social/. Di versi browser, tampilan Mastodon sekilas mirip dengan Twitter versi browser.
Kemiripan Mastodon dan Twitter
Di halaman muka, pengguna bisa melihat linimasa, explore hingga trending topic.
Halaman muka Mastodon juga memiliki tab hashtag (tagar) yang sering dipakai di platform serta tab news (berita) yang paling sering dibicarakan di platform.
Meskipun mirip, tetap saja Mastodon memiliki sejumlah perbedaan dengan Twitter.
Paling kentara yakni batasan karakter, di mana Mastodon memungkinkan penggunanya menulis postingan dengan maksimal 500 karakter.
Limit itu hampir dua kali lipat lebih banyak dibanding Twitter yang memiliki batas maksimal 280 karakter dalam sekali posting.
Mastodon juga menampilkan linimasa (timeline) sesuai urutan waktu (chronological feed).
Hal itu sedikit berbeda dengan Twitter yang punya dua opsi, yakni linimasa berdasarkan postingan terbaru (latest update) dan berdasarkan unggahan yang dipersonalisasi (direkomendasikan).
Mengutip laporan New York Times, sekitar 4.000 server independen yang ada di Mastodon, kebanyakan dijalankan oleh berbagai grup dan individu.
Tidak cuma menawarkan pengalaman yang berbeda. Cara registrasi Mastodon pun tidak sama seperti membuat akun Instagram, Twitter, atau Facebook.
Di Mastodon, pengguna harus memilih satu server terlebih dahulu untuk mendaftar, sebagian server, terbuka untuk siapa saja.
Tapi, beberapa lainnya memerlukan undangan.
Hal ini bergantung dengan kebijakan tiap-tiap orang yang menjalankan server. Pengguna bisa menjalankan server sendiri juga.
Sebagai contoh, salah satu server bernama "Mastodon.social", yang dioperasikan oleh organisasi nirlaba yang menaungi Mastodon.
Namun, server ini tidak menerima pengguna baru lagi untuk sekarang.
Contoh nama server lainnya adalah Mstnd.social, Mastodon.Art, Toot.community, Scholar.social dan lainnya.
Server yang dipilih pengguna, nantinya akan menjadi rumah bagi akun, profil, dan timeline pengguna.
Kendati demikian, pengguna tetap bisa berinteraksi dengan seluruh server yang ada di Mastodon seperti di jejaring sosial biasanya.
Setiap pengguna akan memiliki nama akun (username) yang mirip seperti alamat e-mail.
Username itu bakal menyertakan nama pilihan sekaligus nama server tempat pengguna mendaftar, misalnya, username "dian@mastodon.social".
Ini menandakan bahwa pemilik akun tersebut bernama dian, yang mendaftarkan lewat server Mastodon.social.
(*)