OBROLAN warteg. “Kenapa Yu, pelanggan tadi kok sepertinya marah-marah,” tanya Heri kepada Ayu Bahari, pemilik warteg, ketika menyaksikan ada seorang wanita meninggalkan warung dengan muka ditekuk.
“Dia beli nasi disuruh bosnya, salah sebut lauk. Mestinya sayur sop sama daging, pesennya sayur asem sama ikan asin,” kata Ayu.
“Wah bosnya marah dong dikasih menu ikan asin,” kata Heri tertawa.
“Pastilah, makanya dia balik lagi protes sambil balikin bungkusan, minta ganti menu katanya saya yang salah. Ketimbang ribut, kita layani,” kata Ayu.
“Waduh dia yang salah, malah marah-marah dan nyalahin orang lain. Ibarat pepatah, buruk rupa cermin dibelah,” kata Heri.
“Ya nggak apa-apa mas, idep-idep (itung – itung) servis kepada pelanggan,” ujar Ayu tersenyum.
“Itu namanya keburukan dibalas dengan kebaikan. Pepatah mengatakan air tuba dibalas air susu,” kata mas Bro menimpali.
“Bukannya pepatah kamu itu keliru Bro. Yang sering saya dengar, air susu dibalas dengan air tuba, kebaikan dibalas dengan keburukan,” kata Yudi.
“Orang berbuat baik kepada orang lain kan memang harus begitu adanya. Agama apapun mengajarkan agar senantiasa berbuat kebaikan, meski kadang ada yang membalasnya dengan keburukan, “ kata mas Bro.
“Terus masalahnya di mana?” tanya Heri.
“Kalau seseorang sudah dijahati orang lain, diperlakukan buruk, dikuya - kuya tidak manusiawi, kemudian membalasnya malah dengan penuh kebaikan, itu yang luar biasa,” kata mas Bro.
“Setuju Bro, seperti Ayu tadi ya, sudah disalahkan, dimarahi orang lain, malah yang menyalahkan dapat ganti nasi bungkus,” celetuk Heri.
“Ya itu contoh kecil dari rakyat kecil. Hendaknya para elite, lebih – lebih calon pemimpin bangsa, memberi teladan, jika diberi air tuba balaslah dengan air susu. Bukan buruk rupa malah cermin dibelah,” kata mas Bro. (jokles).