JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Cuaca ekstrim mengganggu aktivitas nelayan di Kawasan Kampung Nelayan Marunda Kepu, Cilincing, Jakarta Utara, Minggu (16/10/2022).
Imbas cuaca ekstrem berkepanjangan itu membuat sejumlah nelayan Marunda Kepu, tidak bisa melaut untuk mencari ikan.
Maka, mereka mau tak mau harus istrirahat, dan sebisa mungkin mencari cara untuk menyambung hidup.
Kondisi yang sama terjadi bagi para nelayan di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara. Mereka yang baru ditimpa kenaikan harga BBM solar, kini berhadapan dengan cuaaca ekstrim.
Kondisi ini sangat terasa bagi nelayan Muara Baru, akibat dampak dari kenaikan BBM, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari hingga tidak tercukupi.
Peninjauan Poskota ke lokasi, terlihat beberapa nelayan sedang membereskan serta membersihkan jaring hasil tangkapan. adapun salah seorangnya terlihat sedang merajut jaring agar kuat kembali untuk digunakan.
Melaut dilakukan dari jam 6 pagi sampai jam 12 siang, dengan pencarian jenis ikan tembang, wilayah sekitaraan perairan Ancol.
Fadli nelayan tradisional (45) asal banten selaku pemilik kapal ikan tradisional menjelaskan nelayan melaut yang di tangkap jenis ikan tembang, biasanya mencari di sekitaran perairan ancol. profesi sebagai nelayan sudah dijalankan sejak lama
“ya kalo untuk omset pemasukan sangat menurun drastis mas, ditambah sekarang bahan pokok naik untuk keperluan keluarga saja sangat minim harus dicukup-cukupin sajah, udah mempunyai 4 anak mas,” ucapnya saat ditemui di lokasi Muara Baru, Sabtu(10/9/2022)
Cuaca dan Limbah
Fadli tidak berjuang sendirian, rekannya, Dirza asal Karawang mengeluhkan limbah yang tak kunjung tertanganin tetapa BBM sudah naik.
“Pendapatan nya menurun untuk beberapa bulan ini mas, sangat terhimpit lonjakan bahan pokok serta hasil yang tak menentu,” ucapnya.
Dirza (40) asal Karawang menjelaskan pendapatannya menurun untuk beberapa bulan ini, di karenakan cuacanya, serta pencemaran pembuangan limbah, karena pembuangan limbah jadi ikan nya menjadi tidak ada atau sebagian pada mati tercemar. Akibat limbah di Muara Baru, membuat banyak ikan mati.
“Permasalahannya masih sama mas sampai detik ini pencemaran limbah yang masih belum teratasi sehingga membuat sebagian ikan mati, lalu berakibat hasil tangkapan menurun,” ujarnya
Ia menambahkan dirinya dengan mempunyai 3 anak untuk menghidupi kesehariannya sangat lah kurang dikarenakan bahan pokok sedang naik akibat dampak kenaikan bbm.
Dirinya harus rela menggali lobang tutup lobang untuk berusaha mencukupi kehidupannya.satu hari berlayar terkadang ia hanya dapat 100ribu rupiah sajah terkadang bisa kurang.
“Pendapatan 1 hari untuk nelayan tidak nentu. Terkadang sekarang dapet kadang engga dapet. Harapan kedepan nya harga ikan naik, harga bahan bakar (solar) bisa diturunin. Jika harga solar naik lagi nelayan akan terkena imbas nya. Sekali jalan ajah membutuhkan 30 liter untuk sekali jalan,” ujarnya
Para nelayan trandisional berharap pencemaran limbah serta harga solar bisa segera teratasi agar para nelayan tidak semakin sengsara. (Cr01)