ADVERTISEMENT

Demonstrasi Guncang Hebat Iran

Minggu, 25 September 2022 09:00 WIB

Share
Kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun memicu protes keras.
Kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun memicu protes keras.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Ketika protes berlanjut, semakin banyak nama dan foto pria dan perempuan muda yang dinyatakan terbunuh muncul di media sosial, termasuk satu di akun Instagram aktris Iran Parasto Salehi. Penghitungan resmi naik terus. Lebih dari belasan menjadi 26 yang dinyatakan pembawa acara TV pemerintah pada satu titik pada hari Kamis menjadi 35 beberapa jam kemudian.

Banyak protes dibasmi selama lebih dari empat dekade berkuasa. Dimulai dengan protes yang dipimpin saingan yang berebut kendali atas negara itu usai pelarian Shah Iran yang didukung Amerika Serikat Mohammed Reza Pahlavi pada 1979.

Ratusan ribu orang turun ke jalan pada 2009 untuk memprotes dugaan kecurangan pemilihan umum yang kemudian dikenal sebagai “Revolusi Hijau” dibubarkan begitu saja oleh pasukan rezim dan penangkapan massal.

Kenaikan harga gas pada November 2019 mendadak meledakkan amarah warga di seluruh negeri yang dijawab pemerintah dengan tembakan langsung. Dalam delapan hari korban tewas warga sipil melewati 300, termasuk setidaknya 23 anak-anak, menurut Amnesty International.

Pemerintah mengambil langkah ekstrem lainnya, mematikan internet, guna mengaburkan tindakannya dan mencegah pengunjuk rasa berkomunikasi.

Pendekatan serupa tampaknya sedang berlangsung sekarang. Jaringan data seluler telah dimatikan dan sebagian besar media sosial difilter.

Orang Iran bertahun-tahun yang lalu belajar cara menghindari pembatasan internet, seringkali dengan menggunakan VPN, kemungkinan pemadaman total yang membayangi membuat banyak orang khawatir. Terutama setelah sejumlah aktivis, mahasiswa, dan tokoh politik ditangkap terlebih dahulu atas perintah Kepala Kehakiman Gholam Hossein Mohseni Eje'i.

Kekhawatiran itu juga dipicu oleh rekaman yang beredar di layanan pesan.

Dalam satu file audio yang tidak terverifikasi yang dibagikan di Telegram, seorang komandan senior Basij di kota utara Rasht terdengar meminta anggota divisinya untuk muncul dalam operasi anti protes. Dia berulang kali mengatakan,“Syukurlah tangan kami sekarang dibiarkan terbuka.” Bahasa tersebut secara umum dipahami berarti paramiliter sekarang dapat menggunakan peluru tajam untuk melawan para demonstran.

Dalam rekaman lain yang beredar, seorang perwira intelijen memanggil seorang pemuda demonstran di pusat kota Kerman, menuntut dia berhenti menghasut orang banyak dengan orasi di jalan atau dia akan menghadapi konsekuensi. Jawabannya jelas mengejutkan petugas, demonstran tersebut memberi tahu,"Lakukanlah yang terburuk."

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT