SERANG, POSKOTA.CO.ID - Polularitas dan elektabilitas tidak hanya menjadi kekuatan politik untuk mencalonkan diri menjadi kandidat di Pilkada.
Isi tas dan rekening juga berpengaruh besar pada proses kemenangan dalam mempengaruhi elektoral dan perolehan suara.
Menjelang Pemilu 2024, ada tiga srikandi Banten yang digadang-gadang berpotensi jadi kandidat Calon Gubernur (Cagub) Banten.
Mereka adalah Mantan Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany yang memiliki trah dengan eks Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah.
Kemudian, Bupati Lebak Iti Ovtavia Jayabaya yang merupakan keturunan eks Bupati Lebak Mulyadi Jayabaya.
Selanjutnya, Bupati Pandeglang Irna Narulita yang merupakan istri dari mantan Bupati Pandeglang Achmad Dimyati Natakusumah.
Ketiganya merupakan sosok pemimpin yang telah teruji dalam menahkodai daerah. Ditambah, mereka telah berjalan mulus dengan dua periode memimpin daerahnya masing-masing.
Nama ketiga calon ini telah muncul di publik untuk disodorkan menjadi Gubernur Banten di tahun 2024.
Direktur Kajian Politik Nasional (KPN), Adib Miftahul mengatakan, kekuatan trah masih mendominasi politik di Provinsi Banten.
Sebab, lingkungan politik di tataran elit masih terjadi transaksional, pragmatis dan ditularkan kepada akar rumput.
"Yang semakin mereduksi demokrasi ya itu, politik pragmatis transaksional di politik elit diteruskan kepada akar rumput. Ini yang memundurkan demokrasi," katanya saat dihubungi, Jumat (16/9/2022).
Adib menilai, kekuatan trah atau dinasti sulit dihilangkan di Banten. Bahkan cenderung tidak dapat dilawan dengan isu-isu korupsi lantaran memiliki kekuatan finansial yang lebih.
"Di Banten, dinasti tidak bisa hilang. Parameternya ketika Atut, dinastinya banyak yang menang. Di Tangsel masih menang, Wakil Gubernur, itu menggambarkan masih tingginya nilai pragmatisme pemilih di Banten juga," ungkapnya.
Dengan melalui sistem politik yang oligarki, kata dia, demokrasi seolah dapat dikondisikan. Bahkan jika ada tokoh yang memiliki polularitas dan elektabilitas tinggi, politik oligarki mampu memborong partai politik untuk menenggelamkan lawannya.
"Kalau alam Banten dipimpin dinasti tidak beda dengan dulu-dulu. Karena politik kita transaksional, siapa yang berkuasa gampang pula dinasti jalannya mulus," ucapnya.
"Demokrasi cenderung bisa dikondisikan, demokrasi dinasti yang ada oligarki politik dan kekuasaan, itu yang terjadi," tambahnya.
Ia menuturkan, potensi yang paling unggul dari ketiga calon tersebut belum dapat dihitung karena masih prematur. Terlebih, pelaksanaan pencoblosan masih jauh di 2024.
Di sisi lain, penentuan pencalonan di 2024 bergantung pada pemenangan lewat Pemilihan Legislatif (Pileg).
"Kalau Iti ketika Demokrat bisa naik tinggi peluangnya lumayan. Tapi kalau Airin bicara tinggi tapi golkar nanti suaranya jeblok mau gimana," tuturnya.
(Bilal)