Kejujuran Tukang Ojek Ini Membuatnya Menuai Berkat

Minggu 24 Jul 2022, 08:00 WIB
Ojek

Ojek

LIBERIA, POSKOTA.CO.ID - Kisah ini mirip banget dengan dongeng di dunia modern.

Sosok lelaki berusia 19 tahun ini, Emmanuel Tuloe, merupakan anak muda yang putus sekolah sejak sekolah dasar.

Dia nampak girang dengan seragam sekolah biru langit dan celana pendek biru tua.

Siswa-siswa di dalam kelas itu terlihat enam tahun lebih muda dibanding dirinya sehingga dia terlihat ganjil di ruangan kelas.

 

Emmanuel Tuloe

 

Dikutip dari BBC, Pemuda Liberia ini pada tahun lalu berusaha mati-matian mencari nafkah sebagai tukang ojek.

Kemudian dia menemukan segepok uang senilai US$ 50 ribu atau sekitar Rp 527 juta dalam bungkusan kantong plastiK di pinggir jalan.

Uang kertas senilai ratusan juta rupiah itu campuran uang kertas AS dan Liberia.

Emmanuel Tuloe bisa saja mengantonginya karena uang dalam jumlah fantastis itu bakal mengubah hidupnya.

Namun dia justru memberikan uang itu kepada bibinya supaya menyimpan dan menjaganya.

Ketika pemilik uang meratap dan meminta tolong melalui bantuan radio nasional untuk menemukan uangnya, Emmanuel Tuloe mengembalikannya.

Kejujurannya Menuai Berkat

Sebagian warga mencemooh kejujurannya. Orang-orang menertawakannya. Mereka mengatakan dia bakal mati dalam jeratan kemiskinan.

Namun tindakannya membuatnya diganjar berbagai hadiah. Termasuk fasilitas sekolah di Institut Ricks. Ini merupakan salah satu sekolah paling bergengsi di Liberia.

Presiden Liberia George Weah memberinya US$ 10 ribu atau sekitar Rp 105 juta.

Pemilik sebuah media lokal memberinya uang tunai dan hadiah lainnya diperolehnya di antaranya dari para pemirsa televisi dan pendengar radio.

Pemilik uang menyumbangkan hadiah senilai US$ 1.500 kepada Emmanuel Tuloe.

Sementara perguruan tinggi di Amerika Serikat menawarkannya beasiswa penuh usai dia nantinya menyelesaikan pendidikan menengahnya.

Menikmati Pendidikan

Emmanuel Tuloe kini dia fokus di Institut Ricks. Ini sekolah asrama yang didirikan 135 tahun silam.

Bangunan dua lantai sekolah itu terletak di kompleks nan indah. Lokasinya berjarak sekitar 6 km dari pantai Atlantik.

"Saya menikmati aktivitas di sekolah bukan karena Ricks memiliki nama besar. Tetapi karena disiplin akademik dan nilai-nilai moralnya," ucapnya seraya mengumbar tawa.

Dia seperti kebanyakan anak-anak Liberia dari latar belakang pedesaan yang miskin. Terpaksa putus sekolah pada usia sembilan tahun untuk mencari uang guna membantu keluarganya.

Ini terjadi tak lama setelah ayahnya meninggal dalam kecelakaan dan dia pergi untuk tinggal bersama bibinya.

Dia kemudian menjadi sopir ojek beberapa tahun kemudian.

Kini dia membutuhkan banyak dukungan di sekolahnya yang baru usai sekian lama meninggalkan bangku sekolah.

Ketika pertama kali bergabung di kelas enam Emmanuel Tuloe merasa sedikit rendah diri.

“Dia tidak bisa leluasa berbicara di kelas tetapi kami membantunya dari hari demi hari", kata guru wali kelas Tamba Bangbeor.

"Secara akademis, dia datang dengan fondasi yang rendah. Jadi kami mencoba memasukkannya ke dalam program tambahan akademik. Itu membantunya."

Dia sekarang memiliki waktu enam tahun untuk menempuh sekolah menengah dan akan berusia 25 tahun ketika dia lulus.

Namun dia tidak merasa keberatan dengan perbedaan usia dengan teman-teman sekelasnya dan menyebutkan keramahan mereka.

Emmanuel Tuloe menikmati suasana asrama. "Kehidupan asrama itu baik karena ini adalah cara belajar untuk hidup sendiri pada suatu hari nanti.”

Di masa depan, dia ingin belajar akuntansi di perguruan tinggi sebagai persiapan diri untuk membantu mengatur penggunaan uang negara.

Kehati-hatian dan kejujurannya dilihat sebagai contoh untuk diikuti di sebuah negara di mana ada praktek korupsi marak dan pejabat sering dituduh mencuri uang kas negara.

‘Jujur Itu Baik'

Dia diolok-olok orang atas tindakannya mengembalikan uang dan bisa saja menggunakannya untuk memperbaiki kehidupannya.

"Tetapi itu tidak akan pernah memberi saya kesempatan yang saya miliki sekarang,” katanya.

Emmanuel Tuloe berterima kasih kepada Tuhan karena memberinya pundi-pundi hadiah. Juga kepada orang tuanya yang telah mengajarinya untuk jujur".

"Pesan saya kepada semua anak muda adalah ‘Jujur itu baik. Jangan mengambil apa yang bukan milikmu’," terangnya.

Para guru di sekolah Ricks menghargai kehadiran Emmanuel.

"Tidak hanya semata manfaat bagi sekolah kami dari kejujurannya, dia juga penjaga gawang cadangan untuk tim sepak bola sekolah," kata Tamba Bangbeor. Emmanuel Tuloe adalah penggemar fanatik Chelsea yang bermain bersama para siswa yang sepantaran.

Teman-teman sekelas Emmanuel Tuloe juga menyambut kehadirannya di sana.

Bethlene Kelley, 11 tahun, menyebutnya "seorang teman baik di mana kami suka saling berbagi dan peduli, karena dia pendiam dan tidak banyak bicara. Dia loyal, respek dan jujur.”

Caleb Cooper, 12 tahun, menghargai Emmanuel atas perilakunya di ruangan kelas dan di asrama.

"Dia tidak mencuri barang teman-temannya," ungkapnya.

"Jika Emmanuel menemukan sesuatu yang bukan miliknya, dia melaporkannya kepada guru. Jika guru tidak ada, dia meletakkannya di meja mereka," tutur Caleb Cooper.

Kehidupan yang ditinggalkan Emmanuel Tuloe tidak membuat para tukang ojek iri dengan kehidupan barunya.

Salah satu dari mereka, Lawrence Fleming, 30 tahun, mengikuti kisah Emmanuel dengan seksama. Dia mengaku putus sekolah saat kelas sembilan.

"Untung Emmanuel sudah kembali bersekolah, kami bersyukur kepada Tuhan untuknya," katanya.

Sambil berdiri di samping sepeda motor Boxer buatan Tiongkok di persimpangan jalan kota Brewerville yang sibuk, di sebelah barat Monrovia, dia menyampaikan sebuah nasihat.

"Biarkan dia tetap bersekolah untuk masa depannya dan masa depan anak-anaknya... dia sekarang memiliki kesempatan yang tidak dimiliki sebagian dari kami,” ungkap Lawrence Fleming. ***

Berita Terkait
News Update