ADVERTISEMENT

Nasdem: Bila Penerimaan Negara Tak Cukup Bendung Subsidi Energi, Utang Jadi Solusi, Pemerintah Harus Hati-Hati, Ingat Sri Lanka

Rabu, 13 Juli 2022 08:09 WIB

Share
Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. (foto: istimewa)
Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. (foto: istimewa)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

“Tapi kita juga harus lihat, sebagian besar uang negara saat ini digunakan untuk subsidi, BBM salah satunya. Dirut Pertamina juga sudah pernah bilang, harga keekonomian BBM seperti Pertamax dan solar sudah meningkat tajam karena harga migas dunia naik,” ujar politisi NasDem itu.

Dalam kondisi seperti itu, bila penerimaan negara tidak cukup untuk membentung subsidi energi, maka pemerintah harus menambah utang untuk solusi satu-satunya.

“Nah kalau uang sudah enggak cukup, berarti harus nambah utang. Tata kelola utang ini yang pemerintah harus bijak,” kata Rudi Hartono, seperti dirilis Parlementaria, Selasa (12/7/2022).

.Kementerian Keuangan mencatat posisi utang pemerintah pada akhir Mei 2022 mencapai Rp7.002,24 triliun, dengan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 38,88 persen.

Belanja subsidi pada 2022 membengkak jadi Rp578,1 triliun akibat kebijakan pemerintah yang menahan harga bahan bakar minyak (BBM), LPG 3 kg dan tarif listrik di bawah 3.000 VA.

Anggaran belanja subsidi semula sebesar Rp207 triliun, namun diubah menjadi Rp283,7 triliun. Namun dikarenakan konsumsi energi yang meningkat, maka subsidi bisa mencapai Rp284,6 triliun.

Pemerintah juga harus membayar kompensasi kepada PT Pertamina dan PT PLN karena sudah menahan harga dalam dua tahun terakhir sebesar Rp293,5 triliun.  (*/win)
 

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT