ADVERTISEMENT

Suami Sedih Punya Bini Guru, Tiap Minggu Berbuat Saru

Kamis, 7 Juli 2022 06:30 WIB

Share
Kartun Nah Ini Dia: Suami Sedih Punya Bini Guru, Tiap Minggu Berbuat Saru. (kartunis: poskota/ucha)
Kartun Nah Ini Dia: Suami Sedih Punya Bini Guru, Tiap Minggu Berbuat Saru. (kartunis: poskota/ucha)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

PUNYA istri guru, awalnya Satriyo (48), bangga betul. Tapi setelah punya 2 anak, dia malah jadi sedih. Soalnya sang istri, Sutanti (40), justru selingkuh dengan sesama teman guru. Bagaimana nggak sedih, setiap minggu keduanya berbuat saru (mesum). Terpaksa Satriyo ke Polsek Kutoarjo (Jateng) mengadukan keduanya.

Guru itu profesi mulia, karena mengemban tugas mendidik dan mencerdaskan anak bangsa. Dengan demikian karakter guru atau “sang dwija” mesti dijamin, sehingga ada ungkapan, guru itu kepanjangan kata: bisa digugu dan ditiru. Tapi ibarat buah mangga dalam satu keranjang, pastilah ada yang busuk dimakan codot. Ini terpaksa dibuang, dan mereka ini di kalangan ASN disebut oknum.

Nah, mangga busuk dimakan codot ini di antaranya adalah Ny. Sutanti, guru SMK di Kabupaten Purworejo Jateng. Yang jadi codotnya juga sesama guru, yakni Kumoro (45) seorang Kepala SMP. Karena teman seprofesi, mereka sering ketemu dalam tugas atau rapat-rapat PGRI. Di sinilah bibit-bibit asmara itu mulai tumbuh antara keduanya. Padahal, baik Sutanti maupun Kumoro sama-sama sudah punya keluarga.

Tapi konon punya WIL atau PIL ini memang seru, karena dapat menu baru yang bukan itu-itu melulu. Ibarat makan, jika di rumah cuma  nasi putih lauk kerupuk atau karak, dengan WIL maupun PIL serasa berlaukkan opor ayam atau tongseng kambing. Pedes-pedes kemepyar begitu, apa lagi kalau digelontor es teh gendul, ranjang rasanya mentul-mentul.

Begitulah, Sutanti bisa tertarik dengan Kumoro karena di samping satu profesi juga status sosialnya lebih bergengsi. Sedangkan Satriyo suaminya, hanyalah petani yang punya banyak sawah. Ngomong soal pertanian, termasuk bagaimana memberantas hama sundep beluk, suami memang ahli. Tapi jika diajak ngomong soal dunia pendidikan seputar didaktik metodik dan ilmu paedagogik, tidak nyambung. “Kalau gogik tahu, itu nasi dari thiwul kan?” begitu kata Satriyo.

Lazimnya guru itu kan pada hari Minggu libur, bukan turut ayah ke kota naik delman istimewa. Tapi Sutanti tidak begitu, justru sering pergi bersama Kumoro dengan alasan urusan sekolah. Padahal aslinye keduanya jalan-jalan lalu dilanjutkan bubuk-bubuk siang. Entah di hotel entah di villa tak diketahui pasti, yang jelas berkat bocoran HP lama-lama informasi buruk itu nyampai ke telinga Satriyo.

Diam-diam Satriyo pernah menggerebeknya di sebuah rumah, dan keduanya mengakui perbuatannya. Dengan pertimbangan ada dua anak, Satriyo hanya menyelesaikan secara kekeluargaan. Keduanya sudah menyatakan tobatan nasuha, bikin perjanjian di atas meterai Rp 6.000,- yang isinya sebuah komitmen tidak akan mengganggu rumahtangga orang lain.

Tapi lagi-lagi karena selingkuh itu mengasyikkan, setelah 3 tahun adem-adem saja, eh......kembali kumat! Jaringan asmara Kumoro-Sutanti kambuh lagi macam Covid-19 seusai liburan panjang. Kalau Corona bisa diatasi dengan suntikan boster, lha kalau kumatnya orang mesum, tak ada cara lain kecuali lapor polisi sekaligus ke Disdik Kabupaten. Resikonya jelas, bisa dipecat sebagai ASN, bisa pula masuk penjara.

Selain kasus perselingkuhannya, Satriyo juga melaporkan pemalsuan dokumen kependudukan yang dilakukan istrinya. Entah apa maksudnya sampai harus memalsukan dokumen surat pindah segala. Jangan-jangan Kumoro-Sutanti punya rencana besar dari perselingkuhannya tersebut.

Yang pasti, keduanya memiliki nafsu besar! (GTS)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT