ADVERTISEMENT

Gus Muhaimin Sampaikan Alasan Percaya Diri Maju Sebagai Capres dengan Mengungkap Konsep Kepemimpinan Pesantren

Senin, 27 Juni 2022 16:08 WIB

Share
Abdul Muhaimin Iskandar atau Gus Muhaimin saat di Pondok Pesantren Al Ibrohimy, Galis, Bangkalan. (ist)
Abdul Muhaimin Iskandar atau Gus Muhaimin saat di Pondok Pesantren Al Ibrohimy, Galis, Bangkalan. (ist)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Kemudian pada Era Orde Baru, Soeharto menerapkan model pembangunan leberalisme yang diadopsi dari Amerika Serikat (AS). 

"Ujungnya bangkrut. Tahun 1998 rontok. Negara rugi ratusan triliun akibat pemilihan model kapitalisme, liberalisme maka era Reformasi lahir, era demokrasi. Era ini siapapun boleh mewarnai jalannya pemrerintahan, bangsa dan negara," katanya. 

Karena itu, kata Gus Muhaimin, semua anak bangsa memiliki hak yang sama dalam mewarnai bangsa ini.

"Kita sebagai warga Nahdlatul Ulama yang begitu besar, pesantren-pesantren NU besar, aneh kalau tidak pecaya diri dan tidak ikut mewarnai jalannya pemerintahan dan pembangunan," ujar Gus Muhaimin.

"Kalau sosialisme Bung Karno paling banter sanatnya sampai abad pertengahan. Kalau kapitalisme, liberalisme madzhab-nya paling tingi Eropa abad pertengahan. Kalau kaum pesantren punya sanat sambung ke para wali bahkan para nabi," tandasnya. 

Menurutnya, warisan para ulama dan para wali ini harus dipegang dan diperjuangkan.

”Perjuangan ini memang panjang. Saat Orde baru 32 tahun NU disia-siakan, tak pernah dapat tempat. Begitu juga sebelumnya, amanah Mbah Hasyim, Mbah Bisri, Mbah Wahab, tidak bisa disempurnakan. Alhamdulillah, di bawah naungan perjuangan NU, berbagai tantangan dilewati dan melahirkan Reformasi, demokrasi," ujarnya.

"Sekarang warga NU bebas menentukan langkah. Alhamdulillah banyak warna NU bisa berkiprah di berbagai level kehidupan. InsyaAllah kemajuan umat akan semakin nyata,” kata Gus Muhaimin.

Karena itu, kata Gus Muhaimin, jika presiden, menteri maupun kepala daerahnya dari kalangan santri, Indonesia akan menjadi negara yang adil, makmur dan sejahtera. 

"Ini semua harus kita perjuangkan. Santri tidak akan mendapatkan haknya kecuali berjuang. Tak ada yang gratis. Tak ada yang rela memberikan akses yang baik kecuali kita berjuang sendiri. Tak ada jalan lain kecuali meningkatkan kualitas diri, mendorong semangat juang, insyaalah warisan Mbah Hasyim, Mbah Bisri, Mbah Wahab kita sempurnakan. Kita ubah Indonesia sesuai harapan para pendiri NU," tuturnya. (rizal)
 

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT