Anak di Cengkareng, anak di bawah umur, Perampasan Kalung Emas, Kriminolog,: Modus Serupa Kerap Terjadi Karena Pelaku Jarang Terungkap
JAKARTA BARAT, POSKOTA - Kejahatan terhadap anak masih marak saja. Terakhir, anak di Cengkareng menjadi korban perampasan kalung emasnya. Anak tersebut masih di bawah umur.
Terkait hal ini, kriminolog Achmad Hisyam turut menyoroti kasus perampasan kalung emas yang menimpa seorang anak di bawah umur di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat pada Kamis (23/6/2022).
Diketahui aksi perampasan kalung emas terhadap anak perempuan di bawah umur berinisial NA itu terjadi di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat.
Aksi tersebut dilakukan oleh seorang wanita paruh baya dengan modus kepada korban mengaku sebagai orang dekat dari sang anak tersebut.
Lantas usai sang anak mempercayainya, pelaku pun mulai melangsungkan aksinya dan berhasil merampas kalung emas yang melingkar di leher sang anak.
Achmad mengatakan modus kejahatan serupa memang kerap menargetkan seorang anak yang menjadi korbannya.
"Apakah modus ini sering, sebenarnya sudah cukup banyaklah ini memang agak sulit melacak karena saksinya enggak ada. Kecuali polisi mewawancarai anak itu men-profile pelaku," katanya kepada Poskota saat dikonfirmasi, Jakarta Barat, Jumat (24/6/2022).
Achmad menuturkan para pelaku kejahatan belakangan waktu kerap mengincar anak di bawah ukur sebagai korbannya.
Hal itu ditengarai anak di bawah umur dinilai para pelaku merupakan korban yang mudah dikelabuinya.
"Anak-anak ini kan terkadang menurut sama orang lain, karena pelaku sering mengincar anak di bawah umur," ungkapnya.
Tak hanya sampai di situ, Achmad turut menyoroti aksi serupa yang kerap ditemukan pada wilayah kota-kota besar seperti DKI Jakarta.
Kendati di tengah era digitalisasi, modus kejahatan dengan mengiming-imingi anak di bawah umur masih masif dilakukan para tindak kriminal.
Kriminolog ini menilai modus serupa kerap terjadi karena pelaku jarang terungkap atau dituntaskan oleh pihak kepolisian.
Alhasil, modus kejahatan tersebut merangsang pelaku lain untuk melakukannya di lokasi yang terbilang ramai dengan aktivitas masyarakat.
"Artinya kan pelaku yang ditangkap dengan pelaku yang tidak ditangkap masih banyak yang lolos. Jadi si pelaku ini melihat selama ini kalau kejahatan seperti ini jarang tertangkap. Merangsang pelaku lain," ungkapnya.
Selain itu, ia menilai langkah memetakan lokasi turut dilakukan oleh para pelaku kejahatan sebelum melangsungkan aksinya.
Menurut kriminolog ini, pemetaan itu dilakukan agar pelaku dapat melihat peluang dan menargetkan korban agar aksi yang dilakukannya lancar tanpa hambatan.
Bahkan, Achmad menilai era digitalisasi saat ini kerap mempertontonkan aksi kejahatan dengan modus serupa.
Hingga aksi tersebut dinilai dapat merangsang para pelaku kejahatan lain mengingat sulit terungkapnya kasus kejahatan modus merampas barang mewah korban anak di bawah umur.
"Pelaku lain melihat aksi seperti ini kecil sekali peluang untuk ditangkapnya. Terus yang kedua pelaku juga sudah memetakan dan memiliki target karena CCTV atau tingkat keamanan rendah terus anak-anak pas main tidak dijaga hal inilah yang dilihat menjadi kesempatan," katanya.
Sementara itu, anak di bawah umur yang kerap menjadi korban dinilai dirinya sebagai orang yang rentan untuk melakukan perlawanan saat kejahatan berlangsung.
Karenanya ia menyarankan agar para orang tua dan masyarakat dapat lebih peka memperhatikan sang anak kala bermain di lingkungannya.
"Yang harus menjadi perhatian adalah didik anak-anak agar tidak percaya terhadap orang asing. Lalu masyarakat juga perlu memperhatikan jika ada orang asing yang bersikap mencurigakan," katanya.
Diberitakan sebelumnya, aksi hipnotis terhadap anak perempuan di bawah umur terjadi di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat.
CA selaku orang tua dari sang korban hipnotis berinisial NA mengatakan aksi hipnotis tersebut berlangsung pada Kamis (23/6/2022).
Menurutnya pelaku hipnotis merupakan seorang wanita paruh baya menghampiri kedua anaknya.
"Kalau infonya kalau kemarin itu (pelaku-red) ibu-ibu enggak terlalu tua dan enggak muda juga terus pakai motor matic," kata CA kepada Poskota saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon selulernya, Cengkareng, Jakarta Barat, Jumat (24/6/2022).
CA mengisahkan aksi hipnotis tersebut bermula dari sang pelaku yang mengaku sebagai teman ibu dari korban.
Saat sekira pukul 12.30 WIB sang korban bersama kakaknya usai membeli sebuah barang pada warung kelontong yang tak jauh dari kediamannya.
Sesampai dari warung kelontong, tiba-tiba saja pelaku telah berada tepat di depan kediamannya.
"Si ibu-ibu sudah ada di depan pagar, di situlah anak saya yang besar diajak ngobrol menanyakan ada mama enggak di rumah. Terus ngobrol-ngobrol pelaku bilang mau nitip undangan dan mengajak untuk mengambil undangan di counter," ungkapnya.
Kedua anak yang masih di bawah umur itu pun dengan kepolosannya mengikuti kemauan dari pelaku itu menuju lokasi tempat yang dimaksud.
Tanpa rasa curiga, kedua anak itu pun lantas mengikuti instruksi pelaku dengan berboncengan pada satu unit motor.
Namun, sang kakak dari korban mulai menaruh rasa curiga usai pelaku tak kunjung menunjukkan undangan yang dimaksud untuk sang ibunya.
"Langsung naik ke motor karena anak saya polos disangka masih teman mamanya dia naik berdua berboncengan. Nah pas sampai counter anak saya yang gede nanya tapi ditinggal nah yang kecil dibawa," katanya.
Sang kakak dari korban pun hanya terdiam hingga adanya warga yang menegur keberadaannya di lokasi tersebut.
Saat itu sang kakak baru tersadar jika adiknya telah dibawa oleh pelaku.
Lantas warga yang mendengar cerita sang kakak mencoba menari pelaku bersamanya.
Namun pencaharian sang adik bersama warga yang dibawa bersama pelaku tak berbuah baik.
"Jadi kakaknya ditanya warga terus warag membantu mencari adiknya, akhirnya enggak ketemu terus diantar pulang sama warga. Di situ saya baru tahu anak saya diculik karena saya pulang sekitar jam 2 siang," katanya.
CA mengaku dirinya terkejut saat sampai di kediamannya sang anak langsung menangis histeris kepadanya.
Sang kakak bercerita jika NA telah diculik oleh pelaku tersebut yang beluhm diketahui keberadaannya.
Lantas CA melakukan langkah cepat dengan menyebar informasi melalui pesan berantai aplikasi Whatsaap berupa informasi anaknya yang hilang.
"Anak saya yang sudah besar langsung cerita ke saya sambil menangis lalu saya mencari sama warga," katanya.
Tak lama pesan tersebut pun tersampaikan pada kelompok warga lain hingga pencarian pun dilakukan secara seksama.
Beruntung, NA dapat ditemukan oleh warga saat berada di pinggir jalan kawasan Cengkareng, Jakarta Barat.
"Jadi dibawa keliling jalan adalah sekitar 2 kilometer dari rumah," ungkapnya.
Sementara itu, CA memastikan taka ada luka pada tubuh sang anak yang mengalami aksi hipnotis dan pencurian itu.
Menurutnya hanya kalung emas yang diambil pelaku dari leher sang anak.
"Enggak ada luka cuman kalung mas saja yang hilang di lehernya," katanya.
Sementara insiden ini menjadi pelajaran bagi CA untuk lebih memperketat keamanan bagi sang anak.
Pelajaran yang didapat olehnya berupa tak terlalu memberikan anak-anak terkait perhiasan yang mencolok hingga mengundang aksi kejahatan serupa.
"Ya paling saya memperhatikan untuk anak-anak tidak memaki perhiasan yang mencolok dan barang-barang mewah, karena pelaku lebih mengincar bawang tersebut," pungkasnya. (Cr09)