ADVERTISEMENT

Kunjungan Jokowi Ke Rusia dan Ukraina, Ekonom: Berdampak Baik Bagi Perekonomian Indonesia

Sabtu, 25 Juni 2022 14:22 WIB

Share
Ilustrasi: Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Rusia Vladimir Putin saat menjalin percakapan pada 18 Mei 2016. (Foto: Host Photo Agency/AFP).
Ilustrasi: Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Rusia Vladimir Putin saat menjalin percakapan pada 18 Mei 2016. (Foto: Host Photo Agency/AFP).

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Muhammad Faisal mengatakan, rencana kunjungan Presiden Joko Widodo alias Jokowi ke Rusia dan Ukraina selain bisa mendorong perdamaian buat dua negara tersebut, juga dinilai berdampak baik bagi perekonomian global. Bahkan, bisa menyelamatkan Indonesia dari inflasi yang sangat tinggi dialami oleh negara-negara barat dan Amerika.

Kunjungan Presiden Jokowi ini , kata Faisal, tak hanya membawa resolusi damai buat Rusia dan Ukraina, tetapi rencana kunjungan ini juga ada hubungannya dengan ekonomi dalam negeri. Meski kunjungan tersebut adalah masalah politik, namun ada celah untuk menyelematkan ekonomi Indonesia dari bahayanya inflasi.

“Pada akhirnya ada hubungannya sama ekonomi walaupun sebetulnya ini lebih ke masalah politik, karena dua negara tersebut sedang konflik, sementara Rusia sendiri adalah anggota G20. Jadi lebih ke politik tapi tidak lepas juga dari masalah ekonomi karena masalahnya kondisi global saat sekarang yang sedang mengalami inflasi yang sangat tinggi, termasuk kenaikan harga energi di banyak negara, termasuk Amerika, Eropa dan juga menular ke dalam negeri (Indonesia) karena disebabkan konflik tersebut,” kata Muhammad Faisal kepada wartawan, Sabtu (25/6/2022).

Menurut Muhammad Faisal, konflik antara Rusia-Ukraina sangat berpengaruh dan mampu membuat kondisi pasar ambruk, terutama bagi negara-negara Eropa dan Amerika. Olehnya itu, langkah Presiden Jokowi untuk mengunjungi dua negara tersebut sangat tepat, karena ke depan Indonesia akan mengalami dampak yang sangat besar jika konflik tersebut berkepanjangan. 

“Jadi konflik Rusia-Ukraina merupakan bagian penting, faktor penting yang mempengaruhi memburuknya kondisi ekonomi pasar pada tahun ini. Kalau ditanya apa manfaatnya adalah untuk meredam semakin memburuknya kondisi ekonomi global pada tahun ini, yang pada akhirnya juga nanti kalau tidak dilakukan langkah-langkah antisipasi bisa memperburuk juga ekonomi dalam negeri,” ucapnya.

Indonesia sebagai negara bebas aktif memiliki peluang besar membuka dialog dengan Rusia dan Ukraina, dan tidak akan berpengaruh pada hubungan Indonesia dengan negara-negara barat atau keanggotaan NATO yang cenderung ke Ukraina. Oleh sebab itu, kunjungan ini tidak akan mempengaruhi hubungan ekonomi Indonesia dengan negara-negara tersebut, apalagi Presiden Jokowi sebagai Ketua G20 yang memiliki kekuatan politik untuk menghadirkan kedamaian buat anggotanya yang sedang berkonflik. 

“Saya rasa kunjungan Pak Jokowi ke sana juga kapasitasnya sebagai Ketua G20 pada tahun ini, untuk memastikan konferensi di KTT G20 yang dilakukan di Bali akhir tahun ini bisa berjalan lancar walaupun anggota-anggotanya sedang berkonflik, jadi saya rasa didalam rangka lobi untuk menjembatani dialog antara Rusia dan Ukraina, karena kita tau sudah ada ancaman dari blok NATO untuk tidak mau datang ke KTT kalau Rusia hadir di KTT nanti,” ujarnya.

“Yang dibuka dialog kan bukan hanya dengan Rusia tapi juga dengan Ukraina, jadi kalau saya melihat kasusnya yang dikunjungi hanya Rusia maka akan pengaruh tapi yang dikunjungi juga Ukraina jadi paling tidak negara-negara barat bisa membaca bahwa ini bukan dalam rangka berpihak pada Rusia, tapi kita menjalankan politik luar negeri bebas aktif. Bebas artinya tidak memihak, kemudian aktif juga itu ikut secara aktif mewujudkan perdamaian dan menyelesaikan perekonomian global,” jelasnya.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Rusli Abdulloh mengatakan, rencana kunjungan Presiden Jokowi ke Rusia dan Ukraina adalah bagian dari diplomasi ekonomi yang memiliki keuntungan ke depan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

“Ini kan soal diplomasi ekonomi, jadi keuntungan ke depan itu bisa langsung dan tidak langsung, secara langsung kalau memang Pak Jokowi bisa meredamkan tegangan Rusia-Ukraina dan perang udah berhenti, pasokan barang lancar maka harga-harga bisa turun, misalkan harga gandung gak naik, gas gak naik dan itu menguntungkan disisi ekonomi,” ungkapnya.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT