SENTAL-SENTIL oleh Joko Lestari
“Seandainya lo punya uang banyak sampai ratusan juta mau dikemanakan?” tanya mas Bro kepada kedua sohibnya Yudi dan Heri, usai maksi di warteg langganannya.
“Jangan mimpi Bro, jutaan saja susah apalagi sampai ratusan,” kata Heri.
“Ini kan seandainya. Emang lo nggak pengen punya uang sampai ratusan juta. Ingat kata – kata adalah doa,” kata mas Bro.
“Iya kepengin,” kata Heri. “Terus digunakan untuk apa?,” tanya mas Bro lagi. “Disimpan di bank biar aman,” jawab Heri.
“Berarti lo nggak cocok jadi kepala daerah,” kata mas Bro. “Apa hubungannya. Sudahlah jangan mikir yang aneh – aneh,” kata Heri mulai sewot.
“Dengerin dulu gue. Nih baca beritanya biar paham, “ kata mas Bro. Heri pun membaca berita tentang kekesalan Menkeu Sri Mulyani mengenai komposisi belanja daerah.
Selama 11 tahun terakhir, banyak daerah menghabiskan uangnya untuk belanja pegawai, dibandingkan untuk pembangunan sumber daya manusia dan infrastruktur publik.
Dari transfer pusat ke daerah yang saat ini sebesar Rp 770 triliun, hanya sedikit yang digunakan untuk belanja modal. Boleh dikata kalau dapat transferan dari pusat, langsung digunakan untuk bayar gaji pegawai dan belanja barang di daerah. Kalau belanja modal seperti infrastruktur makin kecil, akan sulit mengejar ketertinggalan.
Selain, itu banyak anggaran APBD yang mengendap di bank, tidak segera disalurkan kepada masyarakat untuk instrumen penting pembangunan.
“Bukannya kalau ngendon di bank aman dan dapat bunga? “ kata Heri.
“Anggaran daerah itu untuk dibelanjakan. Bukan disimpan.Kalau cuma ngendon, buat apa coba?” Yang ada proyek bisa macet,” kata Yudi. (jokles)