“BRO, lo kabarnya barusan putus sama doi ya?,” tanya Heri kepada sohibnya selagi maksi di warteg ujung gang milik Ayu Bahari.
Mas Bro tidak menjawab, seolah tidak mendengar, dia terus menyuapkan makanannya ke mulut.
“Bukan putus, tapi diputus kali. Lo sih sama pacar nggak ada romantis–romantisnya. Ghosting dech sekarang,” sindir Yudi menggunakan bahasa gaul anak zaman sekarang.
“Itu bukan urusan lo. Ikut nyamber aja,” jawab mas Bro ketus.
“Gue sebagai sahabat lo, cuma ikut prihatin aja sama sikap lo yang kayak es batu. Parpol saja perlu sikap romantis ketika mencari pasangan untuk mitra berkoalisi menjelang pilpres. Apalagi pacaran,” timpal Yudi.
“Masak sih mas, politik juga harus romantis?” tanya Ayu Bahari tersenyum.
“Iya yu, “ jawab Yudi. (Yu, panggilan untuk kakak perempuan sama halnya mbak).
Seperti diberitakan bahwa tahun ini bisa disebut sebagai tahun romantisme karena semua parpol sedang mencari pasangan untuk berkoalisi, menyatukan kekuatan mengusung capres- cawapres pada pilpres 2024.
“Bukannya kalau tahun politik biasanya tambah panas mas?” tanya Ayu lagi.
“Ya belum sampai panas sih, masih hangat.Tetapi di tengah kehangatan terselip kehendak membangun romantisme. Masing – masing parpol lagi melakukan penjajakan, mencari – cari pasangan yang ideal, mencari kecocokan untuk berkoalisi,” kata Yudi.
“Ah mas Yudi biasa aja. Jadi ingat masa muda sewaktu masih pacaran,” kata Ayu tak lepas dari senyuman.
“Loh romantisme itu tak hanya waktu muda saja. Masa tua juga harus romantis agar hubungan langgeng,” celatuk Heri.
”Semoga parpol juga tetap romantis, meski tidak lagi berkoalisi kalau untuk kepentingan rakyat harus romantis..” (jokles)