ADVERTISEMENT
Senin, 30 Mei 2022 13:42 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Saiful menyatakan bahwa secara umum, data di atas mengkonfirmasi pandangan yang menyatakan Islam tidak bersahabat dengan demokrasi. Ini bisa dilihat pada negara-negara Muslim di Timur Tengah.
Juga bisa dilihat pada Turki yang sebelumnya memiliki sistem demokrasi yang bagus, sekarang mulai rusak. Tunisia pernah mengalami demokrasi yang cukup baik, bahkan lebih baik dari Indonesia, tapi belakangan juga rusak.
"Harapannya tinggal Indonesia," kata Saiful.
Dalam kasus Indonesia, Saiful menjelaskan bahwa ada kecenderungan orang Islam lebih kurang mendukung demokrasi dibanding orang Katolik dan Protestan.
Penjelasan itu berdasarkan data survei yang dilakukan oleh SMRC dalam 10 tahun terakhir tentang preferensi pada demokrasi menurut agama.
Data survei itu juga menunjukkan warga yang pro-Pancasila lebih kuat dukungannya pada demokrasi dibanding dengan yang pro-Islam. Namun demikian, ada penguatan dukungan dari kalangan yang pro-Islam pada demokrasi.
“Saya selama ini bertanya-tanya, apakah Pancasila itu cukup bisa menjadi dasar untuk demokrasi atau tidak? Sejauh ini lumayan, orang-orang yang memilih demokrasi dari kalangan yang pro-Pancasila sebagai dasar negara cukup besar,” tambahnya.
Data ini, menurut Saiful, mengkonfirmasi data global bahwa aspek Islam negatif pada demokrasi. Di tingkat mikro, Indonesia, juga demikian. Secara global dan lokal, ada konsistensi efek agama pada kinerja atau preferensi pada demokrasi.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT