SOAL mundur menjadi satu obrolan menarik bagi para penghuni tetap pos ronda, Yudi, Heri, si bro dan beberapa teman lainnya. Ini terkait dengan isu akan mundurnya pak RW setelah diprotes oleh warganya yang menolak kenaikan iuran bulanan. Di saat sulit seperti sekarang ini bukannya menurunkan, malah menaikkan tarif.
“Benar enggak bro, pak RW mau mundur?” tanya Yudi memulai pembicaraan dengan temannya di pos ronda.
“Ah.. lo dapat isu dari mana,” tanya si bro balik bertanya.
“Wah.. bro, lo kurang update sih...,” kata Heri menimpali.
“Yah kalau cuma isu itu kan bisa dibuat-buat, bisa diciptakan dan bisa pula direkayasa sesuai kepentingan.,” kata si bro.
“Itulah bro saya perlu kroscek sama lo, karena lo itu dekat dengan pak RW. Selain masih ada hubungan saudara, lo juga kan dulu salah satu tim suksesnya,” kata Heri.
“Tim sukses kayak mau nyapres saja,” kata si bro.
“Okelah kalau begitu bro. Tapi benar nggak sih pak RW mau mengundurkan diri?,” kata Heri lagi.
“Setahu yang saya pantau, sepanjang pengamatan saya, dan sesuai prediksi saya, pak RW akan tetap bertahan, tidak akan mengundurkan diri. Pastinya sih tidak tahu. Lebih baik lo tanya sendiri,” kata si bro.
“Wuih parah. Bilang saja nggak tahu, pakai muter-muter segala,” kata Heri kesal. “Tetapi saya sependapat dengan si bro, pak RW tidak akan mundur.”
“Lo yakin, meski nanti didemo, warga pasang spanduk untuk memintanya mundur?” kata Yudi menimpali.
“Mundur itu ada waktunya. Saatnya akan mundur jika sudah tiba waktunya. Waktunya sudah selesai, ya mundur,” kata Heri.
“Waktunya belum selesai juga bisa mundur. Seperti gue nih,” ujar si bro yang kemudian turun panggung, mundur dari pos ronda dan pulang ke rumahnya meninggalkan temannnya. Dasaaar.. si bro. (jokles).