UKRAINA, POSKOTA.CO.ID – Usai diserang Rusia menggunakan rudal hipersonik Kinzhal, Ukraina meminta China mengutuk tindakan “barbarisme” Rusia pada Sabtu (19/3/2022).
Serangan rudal hipersonik Rusia ini adalah yang pertama kali di dunia dalam penggunaan senjata canggih.
Serangan ini menghantam tidak jauh dari perbatasan salah satu negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Rumania. Rudal hipersonik Rusia, Kinzhal menghantam depot senjata Ukraina.
Dilansir dari The Moscow Times, Minggu (20/3/2022) pada minggu keempat invasi Rusia, pemimpin Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak untuk melakukan pembicaraan. Hal ini guna menghentikan pertempuran yang telah memaksa setidaknya 3,3 juta orang Ukraina meninggalkan negara mereka.
Permohonan agar China mengutuk invasi tersebut datang dari seorang penasihat Zelensky, Mikhailo Podolyak. China dapat memainkan peran penting dalam keamanan global, katanya di Twitter.
"jika itu membuat keputusan yang tepat untuk mendukung koalisi negara-negara beradab dan mengutuk barbarisme Rusia,” tulis Polodyak.
Negara-negara Barat telah menunjukkan persatuan dalam menghadapi invasi yang didokumentasikan dengan jelas di media sosial. Namun, China sejauh ini menolak untuk mengutuknya.
Klaim Rusia hari Sabtu telah melepaskan rudal hipersonik Kinzhal barunya akan menandai peningkatan dramatis baru dalam konflik ini. Hal ini semakin memaksa Ukraina meninggalkan harapan akan hubungan yang lebih dekat dengan Barat.
Juru bicara angkatan udara Ukraina Yuri Ignat mengatakan kepada AFP bahwa gudang senjata di desa barat Deliatyn telah diserang.
"kami tidak memiliki informasi tentang jenis rudal tersebut," kata Yuri Ignat.
Presiden Rusia Vladimir Putin, yang meluncurkan rudal Kinzhal pada 2018, menyebutnya sebagai "senjata ideal".
Rudal hipersonik Kinzhal mampu terbang dengan kecepatan 10 kali kecepatan suara, sehingga sangat sulit untuk dicegat oleh pertahanan rudal.
Dalam kemunduran lain, pejabat Ukraina mengakui bahwa mereka "sementara" kehilangan akses ke Laut Azov. Rusia telah secara efektif mengendalikan garis pantai selama berminggu-minggu setelah mengepung Mariupol. (Firas)