ADVERTISEMENT

Geger! Ditemukan Prasasti Aksara Jawa Kuno 930 Masehi Masa Mpu Sindok di Gemekan Mojokerto

Sabtu, 12 Februari 2022 04:30 WIB

Share
Benda arkeologi berupa prasasti bertuliskan aksara Jawa Kuno yang ditemukan di Situs Gemekan, Mojokerto. (foto: ist)
Benda arkeologi berupa prasasti bertuliskan aksara Jawa Kuno yang ditemukan di Situs Gemekan, Mojokerto. (foto: ist)
Benda arkeologi berupa prasasti bertuliskan aksara Jawa Kuno yang ditemukan di Situs Gemekan, Mojokerto. (foto: ist)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Menggegerkan. Temuan benda arkeologi di Mojokerto, Jawa Timur, mendadak membuat geger.

Penggalian atau akskavasi Situs Gemekan di persawahan Dusun Kedawung, Desa Gemekan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mokokerto itu menemukan hasil mengejutkan, karena mendapatkan prasasti kuno.

Pada hari ketiga penggalian yang digelar oleh Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur tersebut, Rabu (9/2) tim ekskavasi menemukan prasasti berbentuk segi enam, terbuat dari batu andesit. Prasasti itu bertuliskan aksara Jawa kuno.

Prasasti tersebut ditemukan di bagian tengah situs Gemekan, sekitar dua meter di atas permukaan tanah. Situ Gemekan itu sendiri merupakan candi, namun hingga hari kietiga penggalian, belum jelas benar bentuknya.

Prasasti diperkirakan setebal 20 cm, lebar sekitar 60 cm, namun menurut untuk ukuran tinggi lebih dari 60 cm, menurut keterangan kondisinya patah, sehingga kalau utuh lebih tinggi lagi.

 

 

Proses pengangkatan prasasti bertuliskan aksara Jawa Kuno yang ditemukan di Situs Gemekan, Mojokerto. (foto: ist)

Potongan batu lebar dengan permukaan rata tersebut, diangkat ramai-ramai oleh pekerja yang dipekerjakan BPCB Jawa Timur.

Setelah penggalian menemukan bentuk prasasti, kemudian dilakukan pengangkatan. Para pekerja memberi tali ukuran cukup besar. Saat pengangkatan, di alur yang akan bergesekan dengan prasasti, dialasi tatanan gedebok pisang,  agar prasasti aman dan tidak terluka.

Dengan tali yang cukup panjang, para pekerja menarik layaknya tarik tambang, mereka memakai hitungan, dan dalam waktu beberapa menit,  batu prasasti berhasil terangkat ke permukaan tanah.

Tim ekskavasi melibatkan BPCB Jatim, Disbudparpora Kabupaten Mojokerto, dan LPM Kaloka Malang ini, belum dapat menerjemahkan isi pesan dalam prasasti tersebut.

Mengingat harus dilakukan penelitian terlebih dulu. "Kondisi batu prasastinya patah. Dan kemungkinan masih ada sisanya yang masih terpendam. Besok akan kami lanjutkan lagi," terang Pamong Budaya BPCB Jatim Andi Muhammad Said.

Saat ini, tim ekskavasi tengah berupaya mengangkat dan menganalisa temuan spesial itu. Rencananya, prasasti tersebut akan disimpan di BPCB Jatim.

Said mengatakan, meski temuan prasasti ini dekat lokasi situs Trowulan yang merupakan peninggalan kerajaan Majapahit, namun ia belum bisa memastikan prasasti ini berasal dari era Majapahit. Bisa jadi dari jaman sebelum Majapahit.

BPCB Jawa Timur melakukan ekskavasi Situs Gemekan selama enam hari, mulai tanggal 7 sampai 12 Februari 2022.

Saat ini, prasasti tersebut telah diamankan di Kantor Balai Besar Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur yang ada di Trowulan, Kabupaten Mojokerto.

 

 

Lokasi penggalian (ekskavasi) Situs Gemekan di persaawwahan Dusun Kedawung, Desa Gemekan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa TImur, yang kemudian ditemukan prasasti bertuliskan aksara Jawa Kuno. (foto: ist)

Andi Muhammad Said menjelaskan, temuan prasasti yang ditemukan di situs Gemekan diperkirakan dibuat sebelum era Majapahit.

Pihaknya belum bisa memberikan penjelasan lebih gamblang soal isi dan pesan pahatan tersebut. Sebab, hal tersebut memerlukan proses penafsiran dan pengkajian oleh tim ahli.

“Ini aksara Jawa kuno, cuma untuk pastinya masih perlu pengkajian lebih lanjut. Diprediksi ini dibuat sebelum era Majapahit, mungkin sekitar abad 10. Wilayahnya memang masuk Majapahit, tapi eranya kan belum tentu. Tapi itu perlu kita kaji lagi,” kata Andi, Kamis (10/2/2022).

Dari Masa Mpu Sindok

Kalau prasasti ini berasal dari jaman sebelum Majapahit, ada dugaan, kemungkinan dari masa Raja Mpu Sindok (Śrī Mahārāja Rake Hino Dyaḥ Siṇḍok Śrī Īśānawikrama Dharmottuṅgadewawijaya). Wilayah kerajaan Mpu Sindok kiranya juga melingkupi tempat penemuan prasasti tersebut.

Mpu Sindok  adalah raja terakhir dari dinasti Sanjaya,  yang memerintah Kerajaan Mataram dari Jawa Tengah, memerintah dari sekitar 928 atau 929 Masehi.

Sindok memindahkan pusat kekuasaan kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur pada tahun 929 M, kemungkinan sebagai akibat dari letusan Gunung Merapi dan/atau invasi dari Sriwijaya.

Mpu Sindok kemudian menjadi raja pertama Kerajaan Medang periode Jawa Timur yang memerintah sekitar tahun 929 – 947. 

Ibukota kerajaan yang baru adalah Watugaluh, di tepi Sungai Brantas, dekat sekarang Kabupaten Jombang. Sindok juga merupakan pendiri Wangsa Isana, dan dengan demikian kerajaan baru ini terkadang juga disebut sebagai "Ishana"

Kembali kepada penjelasan  Andi Muhammad Said, dalam proses ekskavasi situs Gemekan, banyak ditemukan kerusakan di hampir seluruh bagian struktur situs.

Kerusakan didapati pada sisi utara dan timur. Belum lagi, situs Gemekan merupakan struktur bagian kaki dan pondasi bangunan yang disinyalir adalah candi.

“Area atas yang menutupi bagian prasasti ini growok (lubang) semua, tidak ada struktur yang tertata. Semuanya hancur, mungkin lebih dari 60 persen dari struktur ini kondisinya rusak,” urainya.

Dia menduga, kondisi tersebut akibat penjarahan oknum pemburu harta karun yang sudah beroperasi sejak puluhan tahun lalu.

“Bukan dirusak oleh masyarakat sekitar, justru mereka mensakralkan situs ini. Namun, dulu ada oknum yang menggali untuk mencari harta karun, itu ada (bekas) penjarahannya,” tandasnya.

Sementara itu Muhammad Ichwan Ketua Tim Ekskavasi Situs Gemekan mengatakan, proses ekskavasi dilakukan setelah ada anggaran yang diperoleh dari bantuan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kaloka Malang senilai Rp50 juta.

 

 

Proses ekskavasi bakal difokuskan pada gundukan tanah 12 x 12 meter persegi di Situs Gemekan dengan mengerahkan sebanyak 30 orang, yang terdiri dari 10 tenaga teknis arkeologi dan 20 tenaga penggali.

“Fokus ekskavasi berusaha mengejar denah dan menampilkan bentuk struktur situs untuk mengetahui ukuran setiap sisi,” ungkapnya. (*/win)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT