ADVERTISEMENT
Sabtu, 22 Januari 2022 23:29 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Selain judo dan taekwondo, sebagian prajurit lain mendalami bela diri pencak silat Merpati Putih. Aju, sahabat saya ini termasuk yang menjadi murid Mas Pung, guru besar Merpati Putih saat itu.
Pernah satu ketika, Aju “kehilangan” pistol. Tentu bukan hilang beneran, melainkan lupa menaruh. Oleh Maruli dan teman-temannya, Aju pun diledek, “Abang kan Merpati Putih, cari dong dengan ‘getaran’….”
Waktu terus bergulir. Aju, Maruli, dan yang lain mulai terpisah satu-sama-lain, karena penempatan tugas di daerah yang berbeda. Meski begitu kami terus berkomunikasi. Termasuk dengan Aju, sahabat kecilku yang wafat tahun 2016 karena sakit, dengan pangkat terakhir kolonel.
Jalinan komunikasi makin intens manakala sudah ada fasilitas handphone. Mulai dari pesan singkat (SMS), Blackberry Messenger (BBM), lalu WhatsApp (WA). Lebih intensif bertemu secara fisik ketika Maruli sudah berpangkat kolonel dan menjabat Komandan Grup A Paspampres.
Dari ring-1 Istana ia sempat geser ke jabatan Danrem di Solo. Dari Solo, balik ke Paspampres menjabat Wakil Komandan (Wadan) Paspampres. Bintang pun jatuh di pundaknya. Brigadir Jenderal TNI Maruli Simanjuntak.
Bersambung...
Artikel ini merupakan sambungan dari artikel berjudul: 'Bapak Air', Pangkostrad Maruli serta Pengakuan Doni Monardo: Menantu Luhut jadi Panglima Kostrad (I)
Cerita selanjutnya klik: 'Bapak Air', Pangkostrad Maruli serta Pengakuan Doni Monardo: Nonton Liverpool (III)
Penulis adalah Egy Massadiah, Ketua Yayasan Kita Jaga Alam dan juga wartawan senior.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT