Vaksin COVID-19 Berbasis Protein, Apa Bedanya dengan Vaksin Lain?

Jumat 21 Jan 2022, 18:44 WIB
Novavax

Novavax

POSKOTA.CO.ID - Vaksin berbasis protein dapat menjadi alternatif nyata. Baik untuk memajukan kampanye vaksinasi global maupun untuk skeptis vaksinasi.

Vaksin virus corona Novavax telah disetujui regulator obat-obatan Eropa (EMA).

Banyak orang yang menolak untuk disuntik vaksin COVID-19 mengatakan bahwa mereka tidak mempercayai teknologi di balik vaksin berbasis mRNA seperti yang ada pada vaksin produksi BioNTech-Pfizer dan Moderna.

Mereka juga mengatakan tidak mempercayai vaksin berbasis vector seperti vaksin Oxford-AstraZeneca dan Johnson & Johnson.

Banyak yang mengatakan bahwa mereka malah menunggu vaksin berbasis protein. Vaksin ini terbukti selama bertahun-tahun memberikan perlindungan yang aman, misalnya terhadap influenza, tetanus, dan batuk rejan.

Dilansir dari Deutsche Welle, vaksin berbasis protein pertama diproduksi perusahaan Amerika Serikat (AS) Novavax untuk melawan virus SARS-CoV-2 telah disetujui regulator obat-obatan Eropa (EMA).

Vaksin berbasis protein tampaknya menawarkan tingkat perlindungan yang baik terhadap COVID-19 dan menghasilkan lebih sedikit efek samping daripada vaksin berbasis vektor dan mRNA yang sudah ada dan disetujui.

Program Vaksinasi Global

Para ahli mengatakan vaksin berbasis protein sangat dibutuhkan untuk program vaksinasi global melawan pandemi COVID-19.

Mereka menyoroti banyaknya negara kaya yang semakin sibuk memberikan vaksin booster kepada populasinya sementara banyak orang di negara miskin masih belum menerima dosis pertama.

Para peneliti mengatakan vaksin berbasis protein dapat membantu orang-orang di negara-negara miskin mendapatkan vaksinasi.

Vaksin berbasis protein lebih murah untuk diproduksi daripada vaksin mRNA dan dapat disimpan pada suhu 2 hingga 8 derajat Celsius yang membuatnya lebih mudah untuk didistribusikan.

Perusahaan Pengembang Mana Saja?

Butuh waktu lebih lama untuk mengembangkan vaksin virus corona berbasis protein.

Novavax mengajukan permohonan persetujuannya ke EMA baru pada November 2021.  

Indonesia menjadi negara pertama yang memberikan persetujuan darurat penggunaan vaksin Novavax pada awal November lalu.

Selain Novavax, ada produsen vaksin berbasis protein lainnya seperti Biological E dari India dan Clover Biopharmaceuticals dari Tiongkok.

Lalu ada perusahaan Inggris-Prancis, Sanofi-GlaxoSmithKline, perusahaan Kanada bernama Medicago, dan perusahaan Korea Selatan bernama SK Bioscience.

Salah satu poin kunci saat ini adalah bagaimana vaksin berbasis protein diproduksi di lebih banyak negara. Di beberapa negara, seperti Kuba, Rusia, dan Taiwan, vaksin berbasis protein menjadi standar dalam kampanye vaksin nasional.

Kekhususan Vaksin Berbasis Protein

Vaksin berbasis protein berisi protein yang sangat kecil dan mirip spike protein COVID-19. Sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap protein dalam vaksin dan reaksinya jauh lebih cepat karena tidak harus memproduksi protein itu sendiri. Protein diantarkan dalam vaksin.

Vaksin Novavax tidak berisikan virus corona yang telah mati. Sebagai gantinya, para pengembang menggunakan nanoteknologi rekombinan untuk menghasilkan partikel terkecil yang menyerupai spike protein SARS-CoV-2.

Para pengembang menggunakan sel serangga untuk menciptakan nanopartikel yang dikenali oleh sistem kekebalan tubuh sebagai virus, partikel mirip virus meskipun itu bukan virus, dan kemudian bereaksi sesuai dengan itu.

Nanopartikel tersebut tidak membawa DNA virus dan karenanya menghasilkan lebih sedikit efek samping pada tubuh manusia. Namun, respons imun manusia lebih lemah.

Penambahan Adjuvant

Para pengembang menambahkan apa yang disebut adjuvant pada vaksin-vaksin ini untuk memperkuat respons imun.

Bahan pembantunya dalam vaksin Novavax adalah saponin yang diekstrak dari Quillaja saponaria atau pohon kulit sabun. Bersama dengan kolesterol dan fosfolipid.

Beberapa kritikus vaksin mengatakan beberapa adjuvant seperti garam aluminium berbahaya.

Namun meta studi sejauh ini gagal menemukan hubungan antara adjuvant tersebut dan efek samping atau alergi yang serius.

Proses Pengembangan Yang Panjang

Vaksin berbasis protein dianggap sebagai teknologi yang berorientasi masa depan telah dicoba dan diuji sebelum vaksin mRNA mendapatkan persetujuan yang telah lama dinanti untuk digunakan dalam pandemi COVID-19.

Demikian pendapat Carlos Guzman, Direktur Departemen Vaksinologi dan Mikrobiologi Terapan di Pusat Penelitian Infeksi Helmholtz dan profesor di Sekolah Kedokteran Hannover.

"Vaksin berbasis protein sangat terkenal, tubuh orang cenderung mentolerirnya lebih baik dan tidak ada pertanyaan besar yang harus dijawab," kata Carlos Guzman.

"Tetapi satu kelemahannya adalah dibutuhkan waktu lebih lama untuk mengembangkan vaksin berbasis protein daripada mRNA atau vaksin berbasis vektor," sambungnya.

Seberapa Efektif Vaksin Berbasis Protein?

Novavax mengklaim vaksinnya 90,4 persen efektif. Angka tersebut menempatkan vaksin Novavax setara dengan vaksin mRNA dari BioNTech-Pfizer dan Moderna. Tingkat kemanjuran itu diambil dari studi pada pertengahan tahun 2021 di AS dan Meksiko.

Sementara sebuah penelitian di Inggris yang dilakukan ketika varian Alfa dari virus corona yang dominan di Inggris menunjukkan vaksin Novavax memiliki kemanjuran 83 persen.

Namun dalam sebuah penelitian yang dilakukan sekitar waktu yang sama di Afrika Selatan, di mana varian Beta mendominasi, tingkat kemanjuran vaksin Novavax hanya mencapai tingkat 50 persen.

Jika varian yang lebih baru seperti Delta dan Omicron terus menunjukkan bahwa mereka semakin menular maka mungkin semua vaksin akan melihat penurunan kemanjurannya.

Inilah sebabnya mengapa semua membutuhkan vaksin booster. Namun pada saat yang sama, negara-negara miskin tidak boleh dilupakan karena risiko varian virus baru berkembang dan pandemi yang berlanjut tanpa batas hanya dapat dibendung ketika orang-orang di seluruh dunia dapat divaksinasi.

Membawa Vaksinasi Global ke Depan

Di samping vaksin COVID-19 yang ada, jutaan dosis yang telah dijanjikan kepada negara-negara miskin melalui program COVAX.

Vaksin berbasis protein tidak diragukan lagi akan digunakan di negara-negara tersebut.

Novavax telah menjanjikan satu miliar dosis melalui COVAX. Perusahaan mengatakan dapat menghasilkan 100 juta dosis. Bahkan mungkin 150 juta dosis per bulan.

Banyak dosis pertama yang diproduksi perusahaan Novavax akan diberikan ke negara-negara miskin. Hal ini disampaikan Kepala Eksekutif Novavax Stanley Erck. ***

Berita Terkait

News Update