"KAKEK mau kasih hadiah apa buat cucu” tanya sang cucu kepada kakeknya, kemarin sore.
“Hadiah? Hadiah buat apa?” jawab sang kakek.
“Kan mau tahun baru kek. Kasih hadiah dong..” kata cucu.
Kakek pun menjelaskan hadiah tidak perlu diharap. Hadiah juga tidak harus menjelang tahun baru.
Lagi pula seingat kakek, tidak pernah memberikan hadiah setiap tahun baru. Kakek akan memberikan hadiah pada saat dan momen yang tepat.
Cucu: Kenapa kek?
Menurut kakek, hadiah akan lebih bermanfaat jika makin memberi motivasi, misalnya saat kamu menjadi juara kelas.
Dengan hadiah tersebut diharapkan akan lebih memacu untuk semakin berupaya terus mengukir prestasi.
Meski tanpa hadiah pun, setiap orang harus terus berusaha berprestasi dalam bidang apapun.
Jika menjadi juara, bukan berharap hadiah.Tetapi bersyukur telah mendapat anugerah, dengan cara terus meningkatkan kualitas diri.
Cucu: Terus apa yang harus dilakukan menjelang tahun baru kek?
Kakek: Ini pertanyaan bagus.
Begini cucuku. Tahun baru itu perjalanan waktu, dari 2021 menjadi 2022.
Waktu memang tidak berjalan mundur. Sudah menjadi sunnatullah bahwa waktu akan terus bergulir dan berganti dari detik menjadi menit, berubah menjadi jam, kemudian bergerak hingga 30 hari disebut satu bulan, mencapai 365 hari menjadi satu tahun. Dari Januari hingga Desember dalam hitungan Masehi.
Tentu, dalam perputaran waktu terdapat tanda – tanda. Sesuatu yang sudah kita alami, kita jalani baik suka maupun duka.
Kejadian - kejadian yang sudah kita jalani ini yang hendaknya kita maknai.
Cucu: Katanya masa lalu tak perlu diingat lagi kek?
Kakek: Memang benar, kejadian masa lalu tak perlu disesali. Tetapi ini bukan untuk mengingat, melainkan melakukan perenungan.
Apalagi, karena kekurang cermatan kita, kurangnya kehati - hatian membuat keputusan yang diambil saat itu merugikan diri sendiri dan orang lain.
Itulah sebabnya, perenungan pengalaman masa lalu diperlukan sepanjang dapat dijadikan bahan evaluasi dan introspeksi diri agar perjalanan ke depan menjadi lebih baik lagi.
Itu pula setiap akhir tahun sering dijadikan momen untuk melakukan refleksi diri. Kemudian membuat resolusi diri apa yang hendak dilakukan untuk tahun depan.
Tujuannya, tentu agar tidak sampai mengulangi kesalahan yang sama, apalagi sama persis. Padahal, konon, keledai pun tidak akan terperosok ke dalam lubang yang sama.
Dengan merenungkan penyebab kegagalan dan kekeliruan masa lalu, lebih dapat mengantisipasi diri sehingga terhindar dari situasi terburuk di kemudian hari. Itulah makna perenungan yang hendaknya dijadikan resolusi menatap masa depan lebih baik lagi.
“Ingat cucuku, merenung, bukan termenung atau termangu menatap kejadian masa lalu. Ini yang tidak boleh terjadi.”
Lihat juga video "Headlina Harian Poskota Edisi Kamis 30 Desember 2021". (youtube/poskota tv)
Itulah perlunya kita merenung diri, melakukan perenungan, sebelum direnungi (dipikirkan) orang lain karena keburukan terjadi akibat kekhilafan dan kecerobohan diri kita. (jokles)