Oleh Wartawan PosKota, Yahya Abdul Hakim
BELAKANGAN ini institusi Polri menjadi sorotan di media sosial (medsos) berkaitan dengan isu negatif seputar pelayanan dan penegakan hukum yang dinilai tak pantas dilakukan oleh oknum anggotanya.
Terbaru adalah viralnya postingan seorang wanita di Kota Bekasi yang kecewa setelah laporan atas kasus dugaan pencabulan terhadap anaknya tidak mendapat respons, bahkan justru perempuan bernisial DN (34) itu mengaku disuruh menangkap sendiri pelaku pencabulan yang ternyata tetangganya sendiri.
Kendati DN sudah meminta maaf lantaran postingannya memicu ‘kegaduhan’ namun kejadian itu sudah kadung viral dan diketahui masyarakat luas yang pada akhirnya menambah citra negatif Polri.
Sebelumnya, di Pulogadung, Jakarta Timur, seorang wanita korban kejahatan melapor ke Polsek di wilayah setempat, Selasa (7/12/2021) lalu. Namun peristiwa pencurian yang hendak dilaporkannya tidak ditanggapi serius oleh anggota kepolisian di lokasi. Kasus itu pun berujung dengan dimutasinya sang oknum usai viral di medsos.
Kedua peristiwa di atas seolah menunjukkan kurangnya kepekaan polisi. Hal itu membuat masyarakat semakin enggan melaporkan tindak kejahatan kepada polisi karena merasa percuma dan lebih memilih ‘mengadu’ kepada medsos hingga muncul sejumlah tagar seperti #PercumaLaporPolisi dan #NoViralNoJustice.
Padahal Polri saat ini tengah semangatnya membangun kepercayaan publik terhadap institusinya, apalagi setelah Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia menyampaikan, kepercayaan publik terhadap Polri mengalami peningkatan menjadi 80,2%.
Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak 8 tahun terakhir. Jangan sampai prestasi yang sudah dicapai ini terdegradasi akibat ada yang salah dengan sistem pengaduan masyarakat (dumas) baik di tingkat Polda hingga Polsek.
Banyak warga yang sekarang cenderung lebih menjadikan medsos sebagai tempat untuk melapor lantaran berharap viral dan cepat direspon hingga ke level pimpinan.
Fenomena ini menunjukkan adanya persoalan yang buntu antara masyarakat dengan kepolisian di daerah atau wilayah seolah ada sumbatan komunikasi yang tidak terjawab seperti laporan masuk yang tidak direspon atau ada sistem tidak mau menerima laporan.
Saat ini kita hidup di mana interaksi dan komunikasi tanpa batas ruang dan waktu.