JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Mahalnya harga sembako dan berimbas naiknya harga makanan, jadi pilihan terakhir bagi pengusaha Warung Tegal (Warteg) anggota Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara).
Ketua Kowantara, Mukroni menyampaikan, menaikkan harga jadi pilihan terakhir apabila harga sembako yang melonjak pada momen libur Natal dan tahun baru tak kunjung turun.
"Mungkin jalan terakhir ya menaikan harga menu. Risikonya bisa pelanggan enggan makan di Warteg, karena harga mahal," ungkap Mukroni kepada wartawan, Rabu (29/12/2021).
Sampai saat ini, para pemilik Warteg yang tergabung dalam Kowantara menyiasati kenaikan harga sembako seperti cabai rawit, minyak goreng, dan telur ayam dengan mengurangi porsi.
Mengurangi porsi untuk pelanggan dipilih karena banyak warga yang daya belinya belum pulih terdampak pandemi Covid-19, khususnya pekerja sektor informal yang tak memiliki gaji bulanan.
"Harusnya pemerintah sigap dengan gejolak harga tiap tahunan. Para pedagang Warteg tidak mungkin menaikan harga dalam kondisi masyarakat yang yang daya belinya belum pulih," terangnya.
Kata Mukroni, para pengusaha Warteg menyesalkan kenaikan harga sembako macam minyak, telur ayam, dan cabai rawit ketika libur Natal dan tahun baru.
Alasannya kenaikan harga pada momen besar kerap terjadi, sehingga sejak jauh hari pemerintah semestinya, bisa mencegah lonjakan harga agar tidak terlampau parah seperti sekarang.
Hingga Selasa (28/12/2021) di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur harga telur ayam ras mencapai Rp30 ribu per kilogram, sedangkan cabai rawit merah Rp90 ribu per kilogram dan cabai rawit hijau Rp60 ribu per kilogram.
"Bila diurutkan kenaikan harga sembako yang paling berat bagi pemilik Warteg pertama cabai, kedua minyak, dan ketiga telur," pungkasnya. (cr02)