Selamat Tinggal ‘Kenaikan Harga Sembako’

Jumat 31 Des 2021, 05:56 WIB
Bahan bahan pokok yang dijual oleh salah satu pedagang sembako di wilayah Kota Bekasi beberapa waktu lalu. (Foto/Ihsan Fahmi)

Bahan bahan pokok yang dijual oleh salah satu pedagang sembako di wilayah Kota Bekasi beberapa waktu lalu. (Foto/Ihsan Fahmi)

Oleh Wartawan PosKota, Joko Lestari

ESOK hari kita sudah menapaki tahun 2022. Kita bisa mengucapkan Selamat tinggal tahun 2021 yang penuh berbagai kenangan, baik suka maupun duka. Kita semua, juga sangat berharap bisa mengucapkan selamat tinggal dengan kenaikan harga sembako yang terjadi dalam pekan–pekan terakhir ini.

Diyakini, rakyat ingin ”kenaikan harga sembako” tertinggal di tahun 2021, tidak ikut menyertai perjalanan di tahun 2022. Sembako tersedia cukup melimpah dengan harga murah. Inilah harapan rakyat kepada pemerintah di tahun 2022.

Seperti diketahui, jelang Natal dan Tahun Baru, harga sebagian kebutuhan pokok melonjak seperti minyak goreng , telur, dan cabai rawit. Dengan angka kenaikan hingga 50 persen dari harga sebelumnya. Belum lagi elpiji non subsidi dengan kenaikan antara Rp1.600 hingga Rp2.600 per kg. 

Kenaikan harga ini sudah pasti akan menambah beban pengeluaran, di tengah kondisi ekonomi yang masih sulit akibat terdampak pandemi.

Merujuk kepada pengalaman, kenaikan harga acap terjadi menjelang hari – hari besar keagamaan seperti perayaan Natal dan Tahun Baru,  hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.

Sering pula kenaikan harga terjadi jauh sebelum hari H, di saat kebutuhan masyarakat mulai meningkat. Memang telah menjadi hukum ekonomi, harga akan naik di saat barang banyak dibutuhkan masyarakat, sementara persediaan terbatas. Sering disebut supply and demand.

Jika kondisi kenaikan harga jelang perayaan hari – hari besar keagamaan sudah menjadi gejala rutin, tidakkah bisa dicegah. Mengingat pula meningkatnya kebutuhan masyarakat sudah dapat diduga sebelumnya, termasuk jenis komoditas yang banyak dicari.

Upaya mencegah kenaikan harga tak bisa hanya ditangani satu instansi, tetapi lintas sektoral melalui kolaborasi semua lembaga terkait, termasuk pemda, Polri dan TNI. Tak kalah pentingnya masyarakat sendiri untuk menahan diri tidak melakukan aksi borong barang jelang hari –hari besar.

Dapat dipahami, jor -joran borong belanjaan lebih dipengaruhi faktor psikologis. Ada kekhawatiran tidak kebagian barang yang dibutuhkan, dan trauma adanya kenaikan harga. Kekhawatiran itu mencuat karena memang rutin terjadi, berulang setiap tahun.

Meski pemerintah melalui pejabat berwenang menyatakan bahwa stok lebih dari cukup, tetap saja harga di pasaran naik.

Berita Terkait

Perjuangan Garuda di Awal Tahun

Senin 03 Jan 2022, 10:39 WIB
undefined

Kado Pahit Tahun Baru

Selasa 04 Jan 2022, 06:13 WIB
undefined
News Update