“KAKEK lagi merenung, atau melamun? ” tanya sang cucu kepada kakeknya di teras belakang rumah, sore kemarin.
Kakek : Bukan merenung atau melamun. Tapi kakek lagi nyocokin identitas kakek.
Cucu : Wah banyak banget kek identitasnya. Itu ada KTP, kartu BPJS, asuransi, paspor. Itu yang paling bawah apa kek” tanya sang cucu sambil menunjuk lembaran paling bawah.
Kakek: Ini NPWP ( Nomor Pokok Wajib Pajak).
Cucu: Terus itu yang tersembunyi apa kek, kok ada gambar perempuan?
Kakek: Hush... ini surat nikah.. sekarang disebut kartu nikah.
Cucu : Banyak sekali identitas kakek. Itu masih ada setumpuk . Belum lagi kartu pegawai, kartu ATM dan lain – lain. Ga bingung kek?
Kakek menjawab : Bingung sih tidak. Tapi kalau ada urusan yang bikin pusing.
Setiap urusan kartu identitasnya lain–lain. Kalau ngurus itu, pakai yang itu. Kalau ngurus ini, pakai yang ini. Beda kartu beda nomor, padahal setiap orang sudah punya Nomor Induk Kependudukan (NIK), yang berbeda satu dengan lainnya.
Mestinya NIK bisa multiguna untuk segala usuran terkait dengan pelayanan pemerintahan. Mengenai kewajiban sebagai warga negara.
Cucu: Pantes ibu menteri jadi pusing kek?
Kakek : Kamu tahu dari mana?
Cucu : Cucu lihat di video kek
Kakek tersenyum. Rupanya cucunya melihat berita mengenai Ibu Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati yang bilang pusing sebagai warga negera Indonesia karena banyaknya identitas.
Seperti dikatakan Sri Mulyani. Saat ini penduduk Indonesia terlalu banyak memiliki nomor berbeda mulai dari NIK, NPWP hingga paspor. Berbagai nomor itu justru menyulitkan masyarakat karena setiap keperluan yang berbeda harus menggunakan nomor yang berbeda pula.
Sri Mulyani ingin agar Nomor Induk Kependudukan (NIK) digabung dengan Nomor Pokok Wajib Pajak(NPWP) dan lainnya. Tidak perlu dalam setiap urusan nanti KTP nomornya lain, paspor lain, pajak lain, bea cukai lain. Pusing lah jadi penduduk Indonesia.
Dengan penggabungan ini akan memudahkan masyarakat wajib pajak untuk membayar kewajibannya, jika NIK digabung dengan NPWP.
Kita dapat memahami, dengan penggabungan tersebut urusan pajak jadi lancar.
Begitu juga, jika NIK digabung dengan nomor yang lainnya untuk memudahkan pelayanan publik. Tidak perlu menyiapkan banyak identitas seperti sekarang ini.
Penggabungan berbagai nomor serupa telah diterapkan di Amerika Serikat. Di negara Paman Sam itu, setiap penduduknya hanya memiliki satu nomor yakni Social Security Number (SSN) yang dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan masyarakat.
Dapat dikatakan satu untuk semua. Dengan membawa satu identitas bisa digunakan untuk semuanya. Praktis, tak perlu membawa dompet tebal untuk menampung banyak identitas.
Cucu bertanya: Bukankah dompet tebal, tanda banyak membawa uang kek?
Kakek menjawab itu zaman kakek dulu. Dompet tebal karena berisi banyak uang cash. Sekarang dompet tipis, cukup berisi satu kartu ATM tapi bisa tarik banyak uang.
Besok setelah ada penggabungan identitas, boleh jadi isi dompet makin tipis, karena tak perlu bawa kartu ATM, cukup satu kartu NIK, bisa untuk semuanya. Hal yang sangat memungkinkan dengan adanya kemajuan teknologi. (Jokles)