ADVERTISEMENT

Bertengkar Terus, Kapan Akurnya?

Senin, 20 Desember 2021 20:49 WIB

Share
Karikatur Sental-sentil: Bertengkar Terus, Kapan Akurnya? (karikaturis: poskota/arif's)
Karikatur Sental-sentil: Bertengkar Terus, Kapan Akurnya? (karikaturis: poskota/arif's)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

SOAL bertengkar, sering diingatkan. Ketika masih kecil, misalnya sering ribut, bertengkar sesama kawan. Itu di dunia anak-anak, kayaknya lumrah, biasa kalau di antara mereka bertengkar?

Bahwa anak-anak kalau bertengkar, merembet pada orang tua, malah repot. Orang tua mereka masih bertengkar, sementara anak-anak sudah akuuurrrr!

Tapi, pertengkaran di dunia orang dewasa, termasuk para politikus, para orang pintar, dan pejabat, orang yang mengerti agama, kayaknya lebih bikin was-was warga masyarakat ya?

Bayangkan saja, sekarang ini orang makin nekat menyerang dengan kata-kata pada para pejabat. Kayaknya sudah nggak takut. Bayangkan saja, kadang kata-kata atau ucapannya nggak disaring lagi, lepas  begitu saja. Ya, kayak anak kecil yang pada bertengkar berebut mainan, begitu.

Bagi mereka yang hidup dan mengalami beberapa orde, lama,baru, reformasi, baru sekarang ini orang begitu bebas saling mencaci maki. Apalagi dengan lahirnya medsos bersamaan internet,dan kencanggihannya alat komunikasi, banyak yang nggak berpikir lagi mengunggah sumpah serapahnya di dunia maya.

Padahal sudah jelas itu ada peraturan yang bakalan menjerat jika dianggap melanggar hukum tersebut. Tapi, kayaknya nggak peduli tuh?   

Jangankan pada manusia, malah ada sebagian orang yang menghujat agama. Belakangan kan banyak ya, para penista agama. Caci maki yang menjurus pada SARA, pun merajalela.

Kadang bagi manusia awam, ngapain juga itu orang pada ribut, ngurusi agama orang lain ditambah dengan cacian yang bikin marah umat. Ada yang menghina Nabi, ada yang  merusak dan menodai Al Quran. Banyaklah ulah manusia yang sengaja mengadu domba melalui agama?

Sekadar saling menasehati. Sudahlah pada sadar. Memang ribut melulu juga apa sih untungnya?

Kalau dalam politik, mungkin ada tujuannya, ada yang kepingin jadi pejabat di tahun mendatang? Tapi apa nggak ada perjuangan yang lebih sopan, bukan dengan saling caci maki?

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT