JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Merintis usaha mikro kecil menengah (UMKM) menjadi pilihan Salmi Sufraini (40) saat dirinya menjadi pengangguran lantaran perusahaan tempat dia bekerja bangkrut.
Padahal, sudah 18 tahun Salmi bekerja di perusahaan tersebut sebagai General Affair (GA). Tak putus asa, pada tahun yang sama, Salmi mencetuskan ide guna merintis usaha kacang cokelat.
Salmi menyebut merek usaha kacang cokelatnya bernama Cangcomak. “Kenapa disebut Cangcomak? Kepanjangan dari kacang cokelat emak, itu resep asli original dari ibu saya, makanya logonya tuh pakai foto ibu saya,” ungkap Salmi, dikutip Poskota.co.id, Minggu (5/12/2021).
Salmi menerangkan, usaha kudapan kacang cokelat yang dia kembangkan terinspirasi dari sang ibu atau emak dalam bahasa daerah.
Ibunya tiap setahun sekali membuat kudapan kacang cokelat, tepatnya ketika momen Lebaran Idulfitri tiba. Lantas, kacang cokelat menjadi camilan favorit keluarga.
“Ibu saya bikin hanya setahun sekali kalau pas Lebaran aja, itu dia bikin dari tahun 1965, sejak dia masih gadis, ibu saya sudah bikin itu (kacang cokelat),” ujar Salmi.
Dari situ, Salmi kembangkan kacang cokelat menjadi sebuah produk camilan.
Pada akhir 2018, dia membuat sekira 45 bungkus Cangcomak. Dengan kemasan yang standar terbuat dari kertas (standing pouch kraft paper).
“Awalnya dibikin dulu, masih pakai kemasan standar, terus resepnya dipastikan lagi, dimantapin lagi, akhirnya mulai tuh dijual ditawarin tapi masih ke teman-teman dekat,” ujar Salmi.
Usai menerima respons positif dari saudara atau teman dekat Salmi yang telah mencicipi Cangcomak, maka Salmi pun beranjak ke tahap selanjutnya. Dia ingin membuat usahanya lebih berkembang.
Pada 2019, guna menarik konsumen, Salmi melakukan beberapa upaya untuk produknya seperti mengganti kemasan kertas jadi kemasan fleksibel (FlexyPack), meningkatkan jumlah produk, memperluas pemasaran, dan mengikuti serangkaian kegiatan pengembangan UMKM dari Jakpreneur, sebuah platform kewirausahaan yang dibangun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pelatihan Sertifikat Keamanan
“Dari situ (ikut Jakpreneur), saya mulai diarahkan kalau mau produksi makanan itu harus ada pelatihan Sertifikat Keamanan Pangan, mulai pelan-pelan, sertifikat itu selesai terus ngajuin izin PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga), terus ngajuin (sertifikat) halal, itu tahun 2019, bener legalitas saya beresin. Karena mau besar gitu ya, kita enggak mau jualan yang gini-gini aja,” terang Salmi.
Usai mengurus soal legalitas produk, Salmi pun memperluas pemasaran bukan hanya terfokus pada penjualan offline, namun juga di online.
Dia memanfaatkan media sosial Instagram @ cangcomak sebagai cara untuk memperkenalkan produk sekaligus berjualan.
Selain itu, dia juga menaruh produknya di beberapa market place atau toko online. Lewat pemasaran online, Salmi berharap masyarakat dapat dengan mudah mengetahui produknya. Sebab, menurut Salmi, sebagai usaha baru, dia perlu membuat Cangcomak lebih diketahui publik.
“Karena produknya kan baru, belum terkenal. Enggak kenal maka tak sayang, jadi akhirnya salah satu cara ya sampling, ya mungkin iklan tapi di market place,” ujarnya.
.jpeg)
Kacang cokelat "Cangcomak" yang dirintis Salmi Sufraini. (foto: ist)
Menurut Salmi, untuk penjualan offline, produk Cangcomak tersebar di 25 titik Alfamart dan Indomaret.
“Untuk offline, di 25 titik Alfamart area Kebon Jeruk, Jakarta Barat, dan Tebet, Jakarta Selatan. Kalau Indomaret 25 titik di (Jakarta) Barat, Selatan, Utara, dan Pusat,” jelasnya.
Harap Bisa Ekspor
Sementara itu, peningkatan jumlah produk pun terjadi dari awalnya 45 kemasan, kemudian pada 2019 ada 358 kemasan, lalu 2020 ada 720 kemasan yang dihasilkan.
“Kalau tahun 2021 itu baru dari Januari sampai Juli ada 1.190 kemasan,” katanya.
Sama seperti usaha lain, Cangcomak milik Salmi juga terdampak dari segi penjualan yang mengalami penurunan.
Sebelum pandemi, kata Salmi, dirinya bisa meraup untung Rp1,5 juta setiap bulan. Namun, ketika pandemi menerpa pada Maret 2020 lalu, pendapatan naik turun sehingga sulit diperkirakan.
“Ketika masuk pandemi, taruhlah (dapat) Rp300 ribu, terus bulan depannya belum tentu dapat, paling nanti kosong sebulan, terus ada lagi, jadi enggak tentu, sekalinya ada (pesanan) langsung banyak. Jadi omzet belum stabil,” tutur Salmi.
Lihat juga video "Banjir Rob Kembali Rendam 2.739 KK di Teluknaga Tangerang". (youtube/poskota tv)
Salmi berharap agar produk Cangcomak yang dia kembangkan bisa ekspor. Kemudian, untuk pemasaran offline bisa masuk ke toko swalayan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
“Terus produk-produk UMKM bisa diterima di retail modern. Jadi banyak orang bisa cari secara offline mudah didapat,” jelasnya.
Hingga kini, ada tiga jenis kacang dalam produk Cangcomak, yakni kacang tanah, mede, dan almond. Semuanya sudah jadi bentuk kacang cokelat. (cr02/yo)