WONOSOBO, POSKOTA.CO.ID - Pusat Pengembangan dan Penerapan Teknologi (P3T), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Jenderal Soedirman sejak Tahun 2017 telah meneliti formula dan proses pembuatan aneka olahan dari buah carica dan telah menerapkan hasil inovasinya kepada pelaku usaha carica di Wonosobo, Jawa Tengah, sejak tahun 2018 hingga sekarang.
Dengan pendanaan yang diperoleh secara kompetitif melalui Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPPUD) dari Kemendikbudristek.
"Dalam upaya pengembangan carica ini, P3T didukung sepenuhnya oleh pemerintah daerah Kabupaten Wonosobo, khususnya BAPPEDA, Dinas Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, serta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan," kata Dr. Santi Dwi Astuti, STP., M.Si, Koordinator P3T LPPM Unsoed, Jumat (26/11/2021).
Hasil inovasi yang dikembangkan P3T telah berhasil menghantarkan mitra yakni KUB Berkah Mandiri menjadi pemenang UKM Award Juara II tingkat Jawa Tengah untuk produk olahan carica di Tahun 2018.
Selain itu, hingga saat ini, P3T telah bermitra dengan beberapa UKM di Wonosobo seperti UD. Podang Mas, CV. Yuasa Food, dan lainnya dalam penerapan inovasi diversifikasi produk olahan carica.
Secara konsisten dan berkelanjutan, tim PPPUD yang terdiri dari Dr. Santi Dwi Astuti, STP., M.Si., Dr. Sri Lestari, SE, M.Si., Erminawati, Ph.D., dan Ir. Sri Widarni, M.Si tidak hanya mendiseminasikan hasil inovasi, namun mendampingi dalam pembuatan produk baru skala UKM hingga mitra mampu menghasilkan produk dengan mutu yang konsisten dan siap jual.
Peralatan dan instrumen pendukung dalam pembuatan produk baru disediakan oleh tim untuk kelancaran proses produksi.
Selain itu, kegiatan PPPUD juga ditujukan untuk meningkatkan kemampuan UKM untuk berwirausaha melalui pendampingan pengelolaan usaha secara terintegrasi.
Seperti diketahui buah carica (carica pubescens, lenne) merupakan komoditas unggulan dataran tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah.
Terdapat 64.710 tanaman carica yang menghasilkan buah carica sebanyak 3.997,2 ton.
Buah carica kaya vitamin C, kalium, flavonoid, antioksidan, dan serat pangan.
Buah carica hanya dapat dikonsumsi setelah diolah karena memiliki kandungan oksalat yang dapat menyebabkan rasa gatal.
Buah carica sebagian besar diolah menjadi manisan basah (koktil) oleh lebih dari 300 UMKM di lereng Dieng.
Hanya buah carica mengkal yang bisa diolah menjadi koktil.
Dalam pengolahan koktil, dihasilkan produk samping berupa buah lewat matang, pulp, biji dan kulit buah.
Di tahap awal, melalui serangkaian penelitian terapan, buah carica lewat matang dan pulp dapat digunakan sebagai bahan baku untuk produksi selai, jelly drink, pulpy, es krim, dan serbuk instan.
Selanjutnya, biji buah carica yang kaya antioksidan diolah menjadi serbuk minuman fungsional.
Dalam penyajiannya, serbuk dapat disajikan dengan penambahan buah nangka, kopi, dan rempah-rempah serta gula aren untuk meningkatkan daya terima dan kesukaan konsumen.
Kulit buah carica yang ternyata mengandung enzim protease, telah dibuat serbuk kering dan digunakan sebagai bahan pengempuk daging.
Tahun ini, ada 5 inovasi carica yang kembali di kembangkan tim yaitu konsentrat jus, permen jeli, fruit leather, dodol, dan pie buah.
Dr. Santi Dwi Astuti yang juga Ketua Program PPUD menjelaskan bahwa produk diversifikasi berbasis buah carica lewat matang, pulp, dan biji merupakan produk siap konsumsi dan siap jual yang memiliki cita rasa dan aroma khas carica yang kuat, telah dilengkapi dengan informasi nilai gizi produk, dan kemasan yang tepat serta label yang menarik.
"Produk dibuat dengan memanfaatkan bahan baku yang belum termanfaatkan namun memiliki sifat fungsional tinggi, kaya antioksidan, serat pangan dan vitamin C sehingga berpotensi sebagai pangan fungsional. Selain itu, produk dibuat dengan formula yang terdiri dari bahan baku alami sehingga aman dikonsumsi, praktis dalam cara penggunaan dan konsumsinya, dan awet selama penyimpanan sehingga cocok dijadikan sebagai oleh-oleh maupun dikonsumsi sehari-hari," paparnya.

P3T dan LPPM Unsoed. (dokumen unsoed)
Agus Wibowo, S.Sos, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo menyampaikan bahwa di masa pandemi seperti sekarang ini, usaha olahan buah carica yang utamanya berbentuk koktil carica mengalami kelesuan.
Produksi menurun disebabkan menurunnya permintaan konsumen dan pasar akibat daya beli masyarakat menurun dan melesunya usaha di sektor pariwisata lokal.
Ditambah lagi, buah carica merupakan buah yang tumbuh musiman.
Di tri wulan ke empat seperti saat ini, ketersediaan buah carica mulai menurun, harga buah carica mulai meroket.
Sebaliknya, dimusim panen, ketersediaan buah carica melimpah, dan harga buah carica sangat murah.
Oleh karena itu, dengan adanya inovasi aneka produk olahan carica, diharapkan dapat menggeliatkan kembali pelaku usaha carica.
Ketersediaan aneka produk carica sebagai buah tangan dan oleh-oleh khas pelancong, menjadi pendukung utama sektor pariwisata di Kabupaten Wonosobo. (mia)