Buah carica hanya dapat dikonsumsi setelah diolah karena memiliki kandungan oksalat yang dapat menyebabkan rasa gatal.
Buah carica sebagian besar diolah menjadi manisan basah (koktil) oleh lebih dari 300 UMKM di lereng Dieng.
Hanya buah carica mengkal yang bisa diolah menjadi koktil.
Dalam pengolahan koktil, dihasilkan produk samping berupa buah lewat matang, pulp, biji dan kulit buah.
Di tahap awal, melalui serangkaian penelitian terapan, buah carica lewat matang dan pulp dapat digunakan sebagai bahan baku untuk produksi selai, jelly drink, pulpy, es krim, dan serbuk instan.
Selanjutnya, biji buah carica yang kaya antioksidan diolah menjadi serbuk minuman fungsional.
Dalam penyajiannya, serbuk dapat disajikan dengan penambahan buah nangka, kopi, dan rempah-rempah serta gula aren untuk meningkatkan daya terima dan kesukaan konsumen.
Kulit buah carica yang ternyata mengandung enzim protease, telah dibuat serbuk kering dan digunakan sebagai bahan pengempuk daging.
Tahun ini, ada 5 inovasi carica yang kembali di kembangkan tim yaitu konsentrat jus, permen jeli, fruit leather, dodol, dan pie buah.
Dr. Santi Dwi Astuti yang juga Ketua Program PPUD menjelaskan bahwa produk diversifikasi berbasis buah carica lewat matang, pulp, dan biji merupakan produk siap konsumsi dan siap jual yang memiliki cita rasa dan aroma khas carica yang kuat, telah dilengkapi dengan informasi nilai gizi produk, dan kemasan yang tepat serta label yang menarik.
"Produk dibuat dengan memanfaatkan bahan baku yang belum termanfaatkan namun memiliki sifat fungsional tinggi, kaya antioksidan, serat pangan dan vitamin C sehingga berpotensi sebagai pangan fungsional. Selain itu, produk dibuat dengan formula yang terdiri dari bahan baku alami sehingga aman dikonsumsi, praktis dalam cara penggunaan dan konsumsinya, dan awet selama penyimpanan sehingga cocok dijadikan sebagai oleh-oleh maupun dikonsumsi sehari-hari," paparnya.

P3T dan LPPM Unsoed. (dokumen unsoed)