BEKASI, POSKOTA.CO.ID - Warga yang terdampak pada pembuangan sampah di PTSP Bantargebang, Bekasi, menyebut bahwa uang kompensasi tidaklah sebanding dengan dampak buruk bagi warga di sekitar wilayah tersebut.
Salah satunya yaitu Bagong Suyoto. Dirinya mengakui ikut perkembangan penyebaran informasi terkait Kontrak kerja sama TPST Bantar Gebang DKI Jakarta dengan Kota Bekasi.
Namun, diakui Bagong, sejuah ini hal yang selalu mencuat ke permukaan yaitu hanyalah uang bau atau kompensasi. Namun tidak dengan dampak dampak dikemudian hari.
"Selama ini yang menonjol hanyalah uang kompensasi yah, jadi istilahnya rakyat itu uang bau yah," tegas Bagong.
Dijelaskan oleh Bagong, bahwa terdapat usulan bahwa satu kelurahan dapat uang kompensasi, dimana sebelumnya ada tiga kelurahan.
"Jumlah yang yang dapat yaitu 18 ribu KK ditambah (6 ribu kk kelurahan Bantargebang), untuk yang ketiga kelurahan, yaitu Cikiwul, Ciketing udik, dan sumur batu, normal Rp300 ribu lah, lalu ada yang bilang Rp350 ribu per KK, nah untuk kelurahan yang baru ini hanya dapat setengahnya yaitu, Rp150 ribu per KK," paparnya.
Meski dikatakan bahwa uang bau tersebut naik, namun dalam kenyataan tidak sesuai dengan dampak yang terjadi, dimana masyarakat salah satunya kesulitan mendapatkan air bersih.
"Mau beli air saja susah, airnya (bersih) kurang, apalagi yang keluarga nya banyak, mangkanya kita meminta bahwa Pemprov DKI dan Pemkot Bekasi serius untuk menangani sampahnya apalagi sampahnya sudah overload sudah mencapai lebih dari 50 meter," keluh Bagong.
Dimana dalam melakukan upaya pengerukan dan meminimalisir adanya tumpukan sampah yang overload, harus membutuhkan teknologi canggih.
"Teknologi insinerasi, plasma fasilita, untuk plasma fasilita itu pengurangan nya bisa 100 persen, nah ini macam teknologi ini harus dicoba pengurangan sampah," papar Bagong.
Menurutnya salah satu kendala yang ada dimasyarakat yaitu, masyarakat masih menumpuk sampah sampah.
"Cara masyarakat masih Konvensional, tidak sesuai dengan undang-undang 18 Nomor 2008, karena dari pengolahan sampah yang buruk jadi sesuatu yang tidak beres," sambung Bagong Suyoto
Diketahui Bagong, terdapat 7000 hingga 8000 ton sampah masuk ke TPST Bantargebang dalam sehari, ia ingin teknologi yang masuk nantinya dioptimalkan.
Diberitakan di media massa bahwa Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, akan membangun fasilitas yang dinamakan pengolahan sampah lama (Lindfil Mining) dan Pengolahan sampah baru (RDF Plant) sebagai upaya pengoptimalan PTSP Bantargebang.
"Saya juga dengar, tadi kepala dinas LH DKI Jakarta, mau buat namanya Landfill Mining dan RDF Plant untuk mengatasi ini, lindfil mining ini maksudnya tumpukan sampah yang umurnya sudah enam tahun, itu mau ditambang kemudian hasilnya dibawa ke infrastruktur teknologi RDF Plant," pungkasnya.
Diketahui Bagong Suyoto merupakan warga yang tinggal di Kelurahan Sumurbatu RT 001 RW 003, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi. (kontributor/ihsan fahmi)