Oleh: Hasto Kristiyanto
PAPUA secara mengejutkan dipilih Presiden Jokowi sebagai ajang olah raga paling bergengsi di tanah air. Pekan Olah Raga Nasional (PON) XX pun hadir penuh makna simbolik. Berbagai harapan kemajuan memang diletakkan di Provinsi Fajar Dari Timur tersebut. Kemajuan Papua menjadi orientasi, tekad, dan wujud gambaran nyata konsepsi Indonesia Sentris.
Dengan konsepsi tersebut, kebijakan pembangunan yang selama puluhan tahun berpusat di Jawa, bandul geosentrisnya bergeser ke seluruh wilayah Indonesia. Wilayah perbatasan diubah menjadi halaman depan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Disinilah gambaran Indonesia untuk semua diletakkan tanpa deskriminasi.
PON bukanlah sekedar lambang supremasi olahraga di Indonesia. PON memuat berbagai konsepsi tentang nasionalisme, persatuan bangsa, dan bahkan peningkatan peradaban Indonesia. Dengan menempatkan PON XX di Papua, keseluruhan esensi olah raga diletakkan. Esensi olah raga tersebut mengandung nilai sportivitas, kesetiaan pada aturan main, fairness, serta budaya prestasi dipompakan sebagai falsafah dasar bagi kemajuan Papua.
Dengan falsafah tersebut, Papua tidak hanya sebagai pintu gerbang kemajuan dari Timur. Papua kini hadir menjadi lambang supremasi olah raga itu sendiri. Mengapa? Dari berbagai kajian terkait sport science, orang Papua dikenal memiliki keunggulan genetika dalam olah raga.
Setiap atlet Papua, memiliki kemampuan membangkitkan energi yang jauh lebih besar. Proses pembakaran energi berlangsung lebih efisien dengan daya dukung kekuatan fisik yang hebat. Dengan daya unggul genetik tersebut, kedepan Papua bisa menjadi lumbung atlet yang handal dan juga menjadi sumber bagi lahirnya klub-klub olahraga dengan fighting spirit yang kuat.
Atas dasar hal tersebut, keputusan Presiden Jokowi untuk menjadikan Papua sebagai tuan rumah penyelenggaraan PON XX memiliki nilai strategis tidak hanya secara politik. Namun juga secara kultural-kebudayaan, terlebih dengan harapan Presiden Jokowi sendiri agar dari Papua muncul atlet Indonesia yang bisa dibanggakan untuk membawa nama baik Indonesia di dunia internasional.
Presiden Jokowi pun tidak tanggung-tanggung. Istana Olah Raga (Istora) Papua dibangun dengan gambaran semangat baru dan paradigma baru. Tidak ada Presiden Indonesia yang begitu sering berkunjung ke Papua selain Presiden Jokowi. Dengan frekuensi dialog yang begitu dalam dengan masyarakat Papua, Presiden Jokowi dengan mata hatinya yang terdalam, melihat besarnya harapan masyarakat Papua untuk bangkit melalui dunia olah raga.
Kemegahan Istora Papua tidak hanya melambangkan stadion terbesar di Nusantara. Istora Papua tersebut memiliki tiga keunggulan utama. Menurut capaian pembangunannya, Istora Papua memiliki bentang baja atap dome terpanjang, dengan tiga rekor MURI berkaitan dengan kategori struktur atap baja lengkung bentang terpanjang, atap tanpa sambungan dan baut mengerucut terluas berbentuk dome, dan instalasi terpanjang dengan diameter terbesar textile duct. Kesemuanya sangat membanggakan.
Berbagai keunggulan bangunan fisik Istora Papua seakan menggambarkan keseluruhan semangat dan pembelajaran yang bisa diambil dari dunia olahraga. Terlebih dengan beragam prestasi atlet Indonesia di Olimpade dan Paralimpiade Tokyo 2021. Bayangkan, di forum olahraga yang begitu bergengsi tersebut, para atlet Indonesia mampu menunjukkan peningkatan prestasi yang membanggakan kita semua.

Logo PON Papua XX
Dunia olah raga memang terkandung budaya prestasi. Budaya prestasi ini menempatkan olah raga sebagai ilmu, science, dimana seluruh aspek teori, teknik, dan strategi diajarkan. Di dalam dunia olahraga juga terkandung seni. Seni inilah yang menampilkan seluruh teknik permainan olah raga menjadi indah dan berbobot.
Dalam dunia olah raga, juga diajarkan kepatuhan terhadap aturan main, patuh pada wasit, dan untuk mencapai kemenangan, seluruh atlet taat sepenuhnya pada aturan main. Melalui dunia olah raga, nilai-nilai kompetisi dipahami secara fair. Siapapun yang menjadi juara dipastikan terjadi karena prestasi. Karena itulah tidak heran, ketika melalui dunia olah raga bergelora suatu semboyan “Mensana in corpore Sano”, yang artinya dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat dan kuat.
Semangat Mensana In Corpore Sano inilah yang juga digelorakan Bung Karno guna membentuk karakter dan identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa pemimpin. Bagi Bung Karno, suatu bangsa juga harus mengembleng diri melalui Latihan terus menerus seperti layaknya olah raga. Latihan akan melahirkan stamina. Tidak hanya stamina, olah raga mengajarkan begitu banyak hal penting bagi dunia politik.
Kegaduhan yang terjadi akibat pernyataan Gatot Nurmantyo misalnya, dapat dilihat dalam perspektif nilai yang terkandung dalam olah raga. Berbagai energi negatif yang terus saja disuarakan, selalu melihat masa lalu, membangkitkan luka lama, dan tidak mampu melihat Indonesia dari perspektif masa depan. Baginya masa depan adalah masa lalu.
Belajar dari dunia dunia olah raga, semua pihak wajib taat pada aturan main. Kalau di dalam dunia olah raga seorang pelatih (baca: pemimpin) selalu melihat prestasi, maka di dalam dunia politik apalagi. Pemimpin melihat masa depan dengan mengambil nilai-nilai perjuangan masa lalu, merefleksikan dengan jujur pada masa kini, dan merajut masa depan dengan cara pandang yang obyektif, positif, dan terus membangkitkan optimisme.
Apa yang diajarkan oleh Panglima Besar Jendral Sudirman, Jendral Gatot Subroto, Jendral Ahmad Yani, Jendral Besar AH Nasution, dan begitu banyak tokoh TNI lainnya, kesemuanya menempatkan pentingnya sikap negarawan. Para negarawan besar tersebut mengajarkan pentingnya persatuan bangsa. Persatuan bangsa dibangun kokoh di atas ideologi Pancasila.
Dengan ideologi Pancasila khas Indonesia ini maka bangsa Indonesia membangun jatidirinya agar selalu eksis di dalam menghadapi berbagai bentuk ideologi lain, baik ekstrim kiri maupun ekstrim kanan, yang sama-sama mengandung benih-benih ekstrimisme yang tidak sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, musyawarah, dan keadilan sosial.
Karena itulah belajar dari berbagai lontaran energi negatif yang masih saja sering terjadi dalam dunia politik, pembelajaran dari dunia olah raga menjadi penting. Dunia politik bisa mengambil spirit yang terkandung dalam olah raga. Dalam kehidupan dunia politik, praktek yang terjadi, masih sering diwarnai berbagai bentuk pencitraan daripada mengejar prestasi.
Demikian halnya dengan praktek memecah belah bangsa, membangun rasa curiga, dan kesemuanya dengan narasi lama yang terus saja menakut-nakuti rakyat Indonesia. Demikian halnya praktek menghalalkan banyak cara. Dunia politik penting untuk memahami budaya berprestasi dalam olah raga.
Dunia politik harus membangun budaya berprestasi. Budaya politik harus memahami pentingnya taat pada aturan main. Dunia politik, harus menghormati peran wasit, agar seluruh kontestasi politik, menampilkan ciri-ciri persaingan untuk mendapatkan kekuasaan politik yang penuh dengan nilai-nilai kejujuran, fairness, patuh pada rules of the game, dan memahami pentingnya suatu proses di dalam mencapai tujuan. Pendeknya, dunia politik harus meningkatkan harkat martabatnya bagi peningkatan peradaban manusia Indonesia dan dunia.
Dengan berbagai nilai positif dalam dunia olah raga tersebut, maka PON XX di Papua menjadi momentum kebangkitan banyak hal: bangkit dari pandemi; bangkit dari kelesuan ekonomi akibat pandemi; dan bangkit dalam semangat persaudaraan melalui olah raga.
Jadi daripada menanggapi energi masa lalu yang mencoba membangun rasa saling curiga, lebih baik ikut-ikutan olah raga. Berolahragalah, maka pikiran dan jiwa menjadi sehat. Kita gelorakan semanangat olah raga dari Papua. Merdeka!!!